Tembus Pasar Internasional, Batik Jepara Dipesan Hingga Australia
MURIANEWS, Jepara – Dunia Batik Jepara, dalam perkembangannya memanglah tidak sebesar dunia mebel dan ukirnya. Meski sudah ada sejak zaman sebelum Kartini, perkembangan batik di Jepara belumlah bisa disebut mendekati Pekalongan atau Solo.
Namun, bukan berarti batik sudah tidak ada lagi di Jepara. Saat ini ada penggiat batik Jepara yang masih terus eksis memperkenalkan batik Jepara, bahkan ke tataran dunia.
Salah satu pembantik Jepara yang hingga saat ini masih aktif berkiprah adalah Nurun Nikmah Awwalina. Wanita ini bahkan menjadi salah satu rujukan bagi sebagian besar urusan soal batik Jepara.
Meski belum genap 10 tahun menekuni batik, namun karya-karyanya sudah mendapatkan pasar khusus. Motif ukir Jepara dan nuansa pantai menjadi andalannya di dalam membuat batik.
“Motif ukir Jepara memang bayak diaplikasikan sebagai bentuk motif batik. Misalnya daun trubus, jumbing, dan ukiran macan kurung. Kalau nuansa pantai biasanya muncul motif-motif biota laut. Ikan atau penyu. Ini memang menjadi ciri khas motif batik Jepara,” ujar Nurun Nikmah, Jum’at (2/10/2020).
Pengetahuan membatik yang didapatkannya semula hanya berawal dari usaha mengisi waktu luang saja. Saat itu dirinya mulai mengikuti kursus membatik yang kebetulan ada di Jepara. Dari sana dirinya kemudian banyak belajar mengenai cara mencanting (membatik).
Hal ini dijalaninya sekitar tahun 2011. Kemampuan dan pengetahuannya soal batik semakin berkembang setelah suaminya juga memberikan dukungan.
Dukungan dari suaminya ini semakin membawa dirinya semakin jauh untuk mendalami batik ini. Pelatihan-pelatihan membatik yang ada di berbagai kota kemudian diikutinya. Mulai soal sejarah, motif dan pewarnaan, dirinya tidak segan mencari pengetahuannya.
Bahkan khusus untuk tehnih pewarnaan, dirinya sempat ‘nyantrik’ di salah satu pembatik di Bantul, Jogyakarta. Tekadnya semakin keras, untuk bisa membangkitkan batik khas Jepara.
“Karya saya sekarang ini alhamdulilah sudah mendapatkan pasar. Pesanan kain batik kadang juga datang dari Singapura dan Australia. Dalam sebulan kami mampu menghasilkan empat lembar kain batik tulis. Ini memang beda dengan batik cap, yang bisa sampai 100 lembar sebulan,” jelas Nurun Nikmah.
Kini pembatik Jepara ini memiliki sanggar batik yang juga menjadi salah satu tempat praktik siswa jurusan batik sejumlah sekolah di Jepara. Selain itu, dirinya juga memberikan pelatihan bagi ibu-ibu dari sejumlah desa.
Sanggar batiknya ini dibuka di rumahnya di Desa Mulyoharjo, Jepara. Usahanya untuk kembali membangkitkan kerajinan batik Jepara, tampaknya masih terus menggelora.
Reporter: Budi Erje
Editor: Supriyadi