Jumat, 29 Maret 2024

Suluk Maleman: Peradaban Manusia di Tengah Sihir Teknologi

Cholis Anwar
Minggu, 20 September 2020 12:58:51
Anis Soleh Ba'asyin dalam Suluk Maleman Edisi 105. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Pati - Fitrah manusia adalah sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Karena itu, keberadannya sangat penting untuk mengontrol tatanan hidup yang cukup singkat. Karena itu pula, manusia dibekali oleh Allah berupa akal pikiran, yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Namun, di sisi lain manusia juga mmepunya nafsu yang tak mudah dibendung. Apabila akal hati sudah dikuasai nafsu, akal pikiran akan sulit untuk dikontrol. Karena itu, kesempurnaan yang diberikan Allah kepada manusia lewat akal pikiran itu, seharusnya digunakan untuk kebaikan bukan justru membawa kehancuran. Tema ini yang diangkat dalam Suluk Maleman edisi 105 yang digelar secara online, Sabtu (19/9/2020) malam hingga Senin (20/9/2020) dini hari tadi. “Sebagai khalifah, manusia dipilih untuk mengelola bumi. Untuk itulah manusia disempurnakan dengan akal pikiran. Tapi tentu bukan untuk menang-menangan dengan mengumbar syahwatnya. Karena manusia memang bukan pemilik dari bumi ini,”sentil Anies Sholeh Ba’asyin, penggagas Suluk Maleman. Sementara budayawan Budi Maryono yang juga narasumber dalam acara tersebut mengatakan, konsep mengelola jelas bukan merusak. Melainkan membuat sesuatu yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Untuk tugas tersebut, manusia telah diberi perangkat agar dapat menjadi pengelola di bumi. “Selain akal dan pikiran, manusia juga diberikan manual book. Yakni agama dan kitab-kitabnya. Persoalannya tergantung manusia itu sendiri. Mau menggunakan atau tidak. Bersikap sebagai hamba Tuhan bisa menjadi salah satu bentuknya,” tegasnya. Hanya saja Anies menyesalkan adanya pemahaman pengelolaan yang justru mengarah dalam perusakan. Sumber daya alam seperti gunung, hutan, dan lautan banyak dikeruk untuk dikomersialkan dan dieksploitasi. “Ironisnya lewat ilmu pengetahuan juga dimanfaatkan untuk membangun kekuasaan dan egoisme semata. Dengan tekhnologi manusia semakin menggila untuk melakukan rekayasa-rekayasa tertentu untuk menguasai bumi," sahut Anis. Seperti upaya sejumlah percobaan untuk menjadikan manusia abadi misalnya, dikatakannya pandangan ini melebihi pemikiran Firaun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. “Ini menunjukkan manusia menganggap dunia sebagai segalanya. Makanya dirinya pun harus menjadi abadi di dunia. Ini tentu menolak fitrah manusia,” terangnya. Konsep IT yang berkembang sekarang ini pun diakuinya tak kalah memprihatinkan. Ilmu pengetahuan tersebut tak sedikit yang dipakai untuk mengubah perilaku bukan untuk memahami manusia lagi. Tentunya perilaku itu diubah sesuai kepentingan pribadi. Baik politik maupun ekonomi bukan lagi untuk kemanusiaan. “Manusia sudah dibuat kecanduan dengan gawai misalnya. Dari pagi sampai malam terikat dengan gawai. Bangun tidur yang dicari handphone terlebih dahulu. Akhirnya kapan kita punya waktu untuk merenung, memikirkan sangkan paran atau asal usul kita?,” imbuhnya. Alat yang digunakan untuk media komunikasi dinilainya justru seringkali membuat manusia tidak terhubung dengan kenyataan. Lucunya, saat berkumpul bukan berkomunikasi dengan baik namun justru bermain dengan gawainya masing-masing. “Tanpa sadar kita diarahkan. Kita sekarang tengah menjalani kehidupan delusi. Peradaban sihir. Kita sekarang digerakkan kearah yang kita tidak pernah tahu. Tanpa sadar menuju ke tepi jurang. Kegilaan sudah sampai ke tingkat yang luar biasa,” tandasnya.   Reporter: Cholis Anwar Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar