Jumat, 29 Maret 2024

Wakil Ketua Komisi D Jateng Desak Pemprov Kucurkan Dana Atasi Kekeringan di Wonogiri

Supriyadi
Senin, 14 September 2020 16:30:27
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso (dua dari kanan) saat meninjau sumber air bersih Seropan Gunung Kidul . (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Semarang – Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso mendesak agar pemerintah provinsi (Pemprov) mengucurkan dana untuk menyelesaikan masalah kekeringan di Wonogiri. Hal itu ia sampaikan usai meninjau sumber air bersih Seropan Gunung Kidul yang menjadi salah satu sumber air bersih untuk Kabupaten Wonogiri. "Kalau dahulu masalah air bersih di Wonogiri karena ketidakadaan sumber mata air, sekarang dengan adanya Sumber Seropan, Sumber Waru, dan Banyutowo tinggal dana dan tekhnologi. Pemprov harus andil bagian di sini," katanya dalam siaran pers yang diterima MURIANEWS, Senin (14/9/2020). Ia menjelaskan, menurut data yang dimiliki oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, potensi sumber air Seropan mencapai 750 liter per detik. Saat ini, potensi tersebut baru dimanfaatkan sebanyak 260 liter per detik. Bahkan untuk kabupaten Wonogiri baru sebesar 50 liter perdetik. "Padahal perkiraan Dinas PU Kabupaten Wonogiri kekurangan kebutuhan air bersih mencapai 680 kubik per hari. Dari situ, (sumber Seropan) masih sangat terjangkau karena potensinya bisa mencapai 1.267 kubik perhari," ungkapnya Hadi menegaskan, meskipun berada di Gunungkidul, sumber Seropan ini sudah dapat dimanfaatkan karena sudah ada pernjanjian kerjasama antar pemanfaatan air bersih. "BBWS sudah mengizinkan bahkan saat ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Pracimantoro. Tapi memang masih ada permasalahan yang perlu intervensi Pemprov maupun Pemkab Wonogiri," lanjutnya. Anggota Fraksi PKS ini menambahkan saat ini sumber Seropan sudah dimanfaatkan oleh 16.656 jiwa yang tersebar di desa Glinggang, Gedong, Gebangharjo, Watangrejo, Joho, Petir, dan Gambirmanis. Hanya masih ada 9.713 jiwa yang belum teraliri air bersih. "Masalah yang muncul masih tingginya kehilangan air sampai 20% yang disebabkan optimasi pompa dan perpipaannya, serta SR yang masih belum merata. Ini memerlukan dana yang cukup besar," lanjutnya. Menurut Hadi, pemerintah propinsi bisa membantu masalah ini melalui beberapa alternatif yakni pengadaan pipa saluran melalui bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten, atau bantuan keuangan kepada pemerintan desa. Sedangkan untuk pompanisasi bisa melalui hibah kepada pemerintah daerah lain dalam hal ini pemerintah daerah Gunung Kidul. "Melihat skala prioritas Optimasi Sumber seropan ini menjadi prioritas pertama, selanjutnya eksplorasi air tanah banyutowo menjadi agenda selanjutnya," lanjutnya. Hadi menambahkan sebenarnya pemerintah provinsi Jawa Tengah sudah memulai memberikan perhatian kepada kekeringan di kabupaten Wonogiri, dengan mengalokasikan 42 titik sumur dalam sejak 2014. Tak hanya itu, pemprov juga melakukan pengadaan pipa sambungan dengan Bantuan Keuangan kabupaten sebesar 7 M tahun 2017. Termasuk membangun 16 embung di daerah Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, serta membangun infrastruktur pengambilan air di Banyutowo. "Tahun ini masih ada dua  embung yang kita bangun, di Gendayaan Paranggupito dan Giritontro, SPAM Regional Wososukas, dan Waduk Pidekso semoga bisa mempercepat penyelesaian kekeringan secara permanen,"pungkasnya.   Reporter: Supriyadi Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar