Jumat, 29 Maret 2024

Gara-Gara Dibilang Tak Islami, Ponpes di Kudus Ini Langsung Ciptakan Klepon Hijrah

Yuda Auliya Rahman
Jumat, 31 Juli 2020 15:01:32
Klepon Hijrah. (MURIANEWS/ Dok. BLK Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Kudus)
MURIANEWS, Kudus – Klepon yakni makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras ketan berbentuk bulat hijau yang dipadu dengan parutan kelapa muda yang berisi gula merah. Beberapa waktu lalu, klepon viral lantaran beredar foto yang di dalamnya terdapat narasi jika klepon tidak Islami Kali ini, Pondok Pesantren (Ponpes) Entrepreneur Al Mawaddah yang berada di Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kudus menyajikan klepon dengan nuansa Islami yang diberi nama Klepon Hijrah. Bahan dari Klepon Hijrah ini sebenarnya tak berbeda jauh dari klepon biasanya, namun yang membuat istimewa ada tambahan buah kurma yang dihaluskan. Pengasuh Ponpes Entreprenuer Al Mawaddah KH Sofyan Hadi mengatakan, Klepon Hijrah ini dibuat oleh 16 santri dan masyarakat di Balai Latihan Kerja Ponpes (BLK). “Awalnya ada makanan tradisional yang dibully, dibilang tidak Islami. Akhirnya salah seorang santri dan peserta pelatihan BLK mengusulkan untuk membuat klepon yang Islami. Setelah itu dibuatlah Klepon Hijrah yang berisi dengan kurma, itu yang jadi menarik biar ada sisi Islaminya,” katanya. [caption id="attachment_192758" align="aligncenter" width="880"] Pengasuh Ponpes Entrepreneue Al Mawaddah KH Sofyan Hadi. (MURIANEWS/ Yuda Auliya Rahman)[/caption] Ia menyatakan, Klepon Hijrah ini tidak mengurangi rasa khas pada klepon karena masih menggunakan gula merah dan dipadukan dengan kurma yang dihaluskan dan tetap berbentuk bulat serta ditaburi parutan kelapa muda. ”Itu merupakan akulturasi dua budaya, klepon makanan khas Jawa dan dan kurma makanan khas dari Arab. Meski kami modifikasi dengan kurma khas klepon tetap masih ada,” terangnya. Klepon sendiri, lanjut Sofyan, memilik keunikan tersendiri yakni mengajarkan kesederhanaan. Karena bahanya sendiri terbuat dari bahan makanan yang sederhana. Selain itu memiliki pesan moral saat makan tidak dianjurkan untuk berbicara. “Kalau makan klepon kan tidak boleh dengan berbicara, kalau bicara nanti nanti bisa isinya bisa muncrat (gula merah cair yang ada di dalam klepon bisa keluar dari mulut ),” imbuhnya. [caption id="attachment_192759" align="aligncenter" width="880"] Klepon Hijrah buatan peserta BLK Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Kudus. (MURIANEWS/ Dok. BLK Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Kudus)[/caption] Ia mengakui setelah Klepon Hijrah diproduksi, peserta BLK kebanjiran orderan, banyak orang yang penasaran seperti apa Klepon Hijrah itu. ”Saat pandemi seperti ini masyarakat dianjurkan di rumah, dan kebanyakan mereka memesan melalui online. Para peserta BLK memang tidak hanya diajarkan untuk membuat kue, tapi juga pemasaranya,”ucapnya. Sementara Muhammad Luthfi, staf BLK Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah menambahkan, Klepon Hijrah sendiri dijual dengan harga yang sangat terjangkau yakni antara Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu. “Satu bungkus Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu  yang berisi empat butir Klepon Hijrah. Harganya itu tergantung besar kecilnya Klepon Hijrah yang diminta,” tandasnya.   Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar