Kamis, 28 Maret 2024

Begini Reaksi Ganjar Saat Bertemu RAMA, Robot Pengganti Nakes Covid-19 Buatan Mahasiswa Polines

Ali Muntoha
Senin, 20 Juli 2020 11:18:37
Ganjar melihat robot RAMA yang diciptakan sebagai pengganti nakes Covid-19. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Semarang – Penyebaran Covid-19 membuat banyak tenaga medis maupun tenaga kesehatan (nakes) lainnya bertumbangan, tak sedikit dari mereka yang gugur. Dari keprihatinan ini, tim robotik Politeknik Negeri Semarang (Polines) membuat robot untuk membantu tenaga medis dalam merawat pasien Covid-19. Robot itu diberi nama RAMA (Robot Asisten Medis Autonomus). Robot ini diciptakan oleh tiga mahasiswa Polines yakni Abbas Kiarostami Permana, Ainur Rofik, dan Wahyu Hidayat. Robot tersebut untuk pertama kali diperkenalkan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di rumah dinasnya, Minggu (19/7/2020) kemarin. Saat pertama melihat robot, Ganjar tidak menduga jika itu robot. Karena bentuknya seperti rak makanan. Bentuk robot itu tak seperti yang dibayangkan, yakni punya kepala, kaki dan tangan. "Ini robotnya to, saya kira robot seperti yang biasanya itu. Ada kaki dan kepalanya," kata Ganjar pertama melihat robot itu. Ganjar pun meminta tiga mahasiswa pencipta robot tersebut untuk mendemonstrasikan. Setelah dihidupkan dan dikontrol melalui remot, robot RAMA itu bisa berjalan sendiri ke sejumlah tempat dengan sukses. Selain bisa mengantar makanan, obat-obatan dan kebutuhan pasien, robot itu juga dilengkapi dengan monitor yang bisa digunakan untuk komunikasi. Jadi, pasien dapat video call dengan perawat atau dokter melalui layar tab yang menempel di robot itu. "Kalau melihat bentuk dan fungsinya, ini sebenarnya nama yang paling pas adalah robot ater-ater (tukang hantar)," kata Ganjar. Meski demikian, Ganjar mengapresiasi inovasi robot yang diciptakan Polines itu. Dengan robot tersebut, maka pasien covid-19 dapat dilayani dengan baik, tanpa ada sentuhan langsung dengan tenaga medis lainnya. "Ini bagus, kelebihannya menggantikan perawat sehingga tidak bersentuhan langsung, sehingga melindungi tenaga medis kita. Ini juga bisa mengurangi penggunaan APD," jelasnya. Secara keseluruhan, robot pengganti tenaga medis itu sudah bisa diaplikasikan. Namun menurut Ganjar, perlu terus dikembangkan agar lebih optimal. "Seperti kakinya harus diperbaiki agar bisa menaiki tangga atau jalan yang terjal, juga bisa ditambah sensor atau alat untuk membuka pintu kamar pasien. Kalau itu bisa, tentu sangat bermanfaat untuk penanganan pasien, tidak hanya Covid-19, tapi bisa untuk penyakit menular lainnya," terangnya. Sementara Abbas Kiarostami, salah satu pembuat robot itu mengaku jika ide pembuatan robot itu karena keprihatinan banyak tenaga medis yang gugur saat merawat pasien Covid-19. Selain itu, penggunaan APD yang sangat tinggi membuat banyak rumah sakit kekurangan APD. "Jadi kami berinovasi membuat robot ini, agar kontak pasien dengan tenaga medis bisa dikurangi. Dengan robot ini, semua kebutuhan pasien bisa diantar dengan jarak jauh tanpa harus bersinggungan langsung. Selain praktis dan aman, juga bisa mengurangi penggunaan APD," jelasnya. Proses pembuatan robot tersebut lanjut Abbas memakan waktu sekitar sebulan. Biaya riset yang dikeluarkan sekitar Rp 25 juta. "Harapannya robot ini bisa segera digunakan untuk membantu tenaga medis yang bekerja melayani covid-19. Tentu, masukan dari beberapa tokoh termasuk Pak Ganjar ini akan kami jadikan evaluasi untuk mengembangkan robot ini agar semakin optimal," pungkasnya. (lhr)   Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar