Jumat, 29 Maret 2024

Banyak Keluhan, Ganjar Usulkan Perubahan untuk PPDB Tahun Depan

Ali Muntoha
Senin, 6 Juli 2020 12:00:52
Gubernur Ganjar Pranowo saat mengecek proses verifikasi berkas PPDB di SMKN 5 Semarang. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Semarang – Sejumlah keluhan muncul dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020 ini. Salah satunya mengenai sistem zonasi, dan belum meratanya sekolah negeri tingkat SMA/SMK di semua kecamatan di Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut, dalam setiap belusukan ke sekolah-seklolah selama proses PPDB tahun ini, ia memang mendapat banyak keluhan. Oleh karenanya ia akan mengusulkan pada pemerintah pusat agar ada perubahan pada pelaksanaan PPDB tahun depan. Ganjar mengakui sistem PPDB ini memang masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karenanya, ia terus menampung keluhan-keluhan dari masyarakat, untuk dilakukan perbaikan. “Memang banyak problem yang kami temukan di lapangan. Misalnya ada daerah yang tidak memiliki sekolah negeri, sehingga tidak ada yang bisa masuk zonasi. Kami sudah berikan solusi dengan membuatkan sekolah jarak jauh dan mudah-mudahan segera kami bangun sekolah permanen tahun depan,” katanya, Senin (6/7/2020). Masalah selanjutnya yakni zonasi. Menurut Ganjar, sistem itu dibuat setelah sekolah sudah dibangun terlebih dahulu. Sehingga, posisi zonasinya tidak merata mengingat banyak sekolah yang dibangun berdempetan dan belum merata. “Ini yang jadi persoalan, karena sekolahnya ada dulu baru dibuat zona, maka pating pletot (tidak rapi). Kalau memang mau tetep zonasi, maka sepertinya kita harus membuat persebaran sekolah yang lebih mereprsentasikan kewilayahan, sehingga aksesnya semua menjadi dekat,” ujarnya. Kalau itu tidak bisa dilakukan, Ganjar mengusulkan adanya perubahan persentase jalur penerimaan PPDB untuk tahun selanjutnya. Menurutnya, bisa saja, jalur zonasi menjadi kriteria nomor dua, yang pertama adalah jalur prestasi. “Karena banyak masukan ke saya, kalau sistemnya begini anak-anak ndak perlu belajar susah-susah, kalau deket sekolah pasti keterima. Jangan sampai sistem ini menurunkan semangat belajar siswa,” ucapnya. Untuk itu, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait proses PPDB tahun ini. Selain untuk perbaikan ke dalam, evaluasi juga akan disampaikan sebagai masukan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Nanti kami sampaikan masukan ini kepada Pak Menteri, karena kami sudah punya pengalaman di lapangan seperti apa,” pungkasnya. Sementara itu, salah satu calon siswa dari SMAN 2 Semarang, Haqiqi (15) juga mengeluhkan terkait rumitnya sistem PPDB tahun ini. Apalagi zonasi yang dianggap kurang adil, karena hanya mengutamakan jarak terdekat dan usia. “Saya kira zonasi ini memperhitungkan jarak dan nilai, ternyata hanya jarak dan umur. Saya sempat khawatir, karena kegeser dengan yang lebih tua. Padahal jarak saya juga dekat, tapi usianya masih sangat muda, di atas saya masih banyak yang lebih tua,” katanya. Seharusnya menurut dia, sistem zonasi harus dibarengi dengan prestasi. Artinya, meskipun jarak menjadi penentu, namun nilai atau prestasi juga menjadi pertimbangan. “Kalau seperti ini, yang muda dan nilainya bagus kalah dengan yang tua dengan nilai pas-pasan. Padahal jaraknya sama,” ucapnya.   Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar