Jumat, 29 Maret 2024

Kisah Kristanto, Relawan Pemulasaran Jenazah Covid-19 yang Mengisolasi Diri dalam Tandon Air

Yuda Auliya Rahman
Rabu, 24 Juni 2020 14:52:17
Angggota relawan tim pemulasaran jenazah Kristanto, melakukan isolasi mandiri di dalam tandon air. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)
MURIANEWS, Kudus - Risiko tinggi  tertular dan rasa letih, tiap hari harus dihadapi oleh tim relawan pemulasaran jenazah Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus. Meski demikian, di benak mereka, tak ada kata pikiran untuk menolak. Walau hanya relawan dan tak mendapat upah, namun mereka melakukannya dengan penuh semangat dan ikhlas. Berbagai kisah pun mengiringi tugas mereka menjadi orang yang bersentuhan langsung dengan jenazah pasien corona ini. Salah satunya adalah Kristanto Eko Wibowo (39). Warga Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kudus, ini bahkan sampai mengisolasi diri dalam tandon air, agar tidak berinteraksi langsung dengan keluarganya selepas bertugas. Ia pun menyebut dirinya sebagai ”pria panggilan”. Sebutan itu ia sematkan, lantaran ia harus siap setiap saat untuk dipanggil ketika ada yang membutuhkan bantuan. Sudah semenjak tahun 2000 ia aktif sebagai relawan di BPBD Kudus. Saat virus corona mulai menjamah Kudus, ia didapuk menjadi salah satu bagian dari Tim Relawan Pemulasaran Jenazah Covid-19. Sudah tiga bulan ia melakoni tugas ini. [caption id="attachment_190618" align="aligncenter" width="880"] Kristanto, melakukan video call dengan keluarganya untuk mengobati rasa kangen. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption] Hampir setiap hari selama hampir tiga bulan, tak pernah absen untuk membantu keluarga pasien dalam pemakaman pasien positif ataupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakit di Kudus. "Kadang sepekan tiga sampai empat kali. Malah pernah juga semalam hingga empat kali membantu pemakaman jenazah pasien Covid-19. Terkadang juga sampai ke Pati, Jepara, Demak hingga Semarang," Katanya, Rabu (24/6/2020). Menurutnya jenazah pasien Covid-19 memang tidak bisa diperlakukan seperti biasanya. Perlu perlakukan khusus untuk menghindari penularan virus yang ada di jasad. Selama hampir tiga bulan menjadi tim relawan pemulasaran jenazah, Ia mengakui banyak suka dan dukannya. "Kalau sukannya ya bisa membantu orang lain. Kalau dukannya, pasti ada kekhawatiran tertular,” ujarnya. Ia mengakui, sempat tidak diperbolehkan pulang oleh sang istri karena khawatir akan membawa virus yang bisa menulari dua putrannya. Kristanto memaklumi hal itu. Walaupun dari hasil rapid test ia dinyatakan nonreaktif, namun ia menyadari risiko tertular memang cukup tinggi. Oleh karenanya, ia memilih untuk tidak pulang dan mengisolasi diri di markas BPBD Kudus. Berbeda dengan yang lain, ia lebih memilih untuk mengisolasi diri dengan cara tidur dan beristirahat di dalam tandon atau tower air yang ada di BPBD Kudus. Ada alasan tersendiri mengapa ia memilih tempat ini, meskipun terlihat aneh. "Ya memang saya lebih nyaman dan tidak bising jika di dalam toren air. Saat isolasi mandiri kemarin saya lebih memilih untuk tidur di dalam toren air," akunnya. Meski demikian, sang istri dan kedua anaknya sempat menjenguk dan membawakan makanan tempatnya mengisolasi diri itu. Ia pun memberi arahan pada keluarganya itu, untuk sementara tak usah bertemu agar tak ada kontak fisik. "Kalau kangen ya video call dengan istri dan anak-anak," akunya. Untuk menjaga kesehatan diri, ia dan anggota lain juga selalu mengomsumsi vitamin. Selain itu rasa syukur dan bahagia menjadi kunci agar tetap sehat. Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Bergas Catursasi Penanggungan  mengakui memang ada beberapa kondisi di mana keluarga tim relawan yang khawatir. Sehingga mereka diminta untuk tak pulang ke rumah untuk sementara waktu. "Kami dari BPBD menyiapkan ruangan untuk isolasi dan berinteraksi sesama tim di aula BPBD Kudus, hingga kini jadi seperti keluarga sendiri," terangnya Meski demikian, tidak semuannya menggunakan aula tersebut. Ada anggota tim yang memilih di tempat yang mereka anggap nyaman seperti di tandon air.   Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar