Jumat, 29 Maret 2024

Bertahan di Tengah Pandemi, Produsen Kopi Pati Tak Lelah Berinovasi

Cholis Anwar
Jumat, 5 Juni 2020 14:44:22
Muttaqin saat mengolah kopi untuk inovasi (MURIANEWS/Cholis Anwar)
MURIANEWS, Pati - Pandemi Covid-19 memang membuat Usaha Makro Kecil Menengah (UMKM) terkena dampaknya. Terutama dalam hal penurunan penjualan produk. Hal itu juga yang dirasakan oleh Muttaqin, Ketua Klaster Kopi Pati. Ia mengaku ada penurunan penjualan selama pandemi ini. Namun, hal itu tidak membuatnya parah arang. Dia mengaku selalu berinovasi agar produk kopinya tetap laku meski di tengah pandemi. Mutlak, kualitas menjadi perhatian utama Muttakin untuk menyajikan kopi selera eksklusif. Kopi Gayeng adalah hasil inovasi yang sudah melalui berbagai uji coba. Untuk menghasilkan kopi tersebut, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk menuntaskan produksi hingga menjadi kemasan yang siap diedarkan. Setelah menemukan komposisi yang pas, Muttaqin mengikuti lomba uji cita rasa yang diadakan oleh asosiasi industri dan eksportir kopi. Alhasil, dari sekitar 367 peserta se-Indonesia dengan 14 juri dari enam negara, kopi Gayeng Pati full wash masuk dalam peringkat lima besar nasional. “Berkat pengalaman itu, saya terus berfikir untuk menemukan komposisi lagi. Di tengah pandemi, memang dikategorikan kami para klaster kopi mampu bertahan. Kita ambil hikmahnya juga, karena banyak masyarakat yang berdiam diri di rumah, maka kebutuhan kopi semakin besar melalui permintaan online," katanya, Jumat (5/6/2020). [caption id="attachment_189396" align="aligncenter" width="880"] Muttaqin saat mengolah kopi untuk inovasi (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption] Namun, diakui yang masih menjadi kendala hingga saat ini adalah masalah pengiriman luar daerah. Selain butuh ongkos kirim yang cukup besar, pembatasan hilir mudik mobil di tengah pandemi juga suatu kendala tersendiri. Dia bercerita, kesulitan yang dialami di masa pandemi hanya beberapa saja, terutama di kategori specialty. Sebab, serapan terbesar ada di caffe dan belakangan ini banyak yang tutup. Jadi, mau tidak mau dirinya harus mengemas dan memasarkan seperti kopi lainnya. Otomatis ada penurunan harga 30 - 40 persen. Sementara untuk para anggota klaster kopi di Pati, diakuinya walaupun dalam kondisi sulit seperti saat ini, mereka tetap optimis. Lantaran, masing-masing produsen termotivasi dan saling menguatkan untuk terus bertahan. “Ketika kita di rumah, justru akan semakin berinovasi, mungkin secara desain maupun dari komposisinya. Jumlah produsen di bawah naungan klaster kopi menurut database kami ada 80 produsen dan masih kami data terus, karena di Kabupaten Pati perkembangan sangat pesat. Saat ini yang belum teridentifikasi ada sekitar 200 an produsen. Dari jumlah itu baru mampu menyerap 10 sampai 15 persen dari total kopi yang ada di kabupaten,” tandasnya.   Reporter: Cholis Anwar Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar