Jumat, 29 Maret 2024

Sugeng Tindak Mas Didik

Deka Hendratmanto
Selasa, 5 Mei 2020 19:46:33
Bercanda dengan Mas Didik di sela-sela syuting video teaser Roadshow Didi Kempot Kangen Sukun, (20/1/2020). (MURIANEWS/Istimewa)
[caption id="attachment_167488" align="alignleft" width="150"] Deka Hendratmanto *)[/caption] Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Sang maestro campursari itu telah berpulang ke rahmatullah. Dia akan abadi di tempatnya yang baru. Meninggalkan jutaan anak muda yang tiba-tiba saja menggandrunginya. Semua kaget. Termasuk aku yang baru saja keluar dari kamar mandi ketika kabar duka itu datang sekitar pukul delapan pagi. Istriku lah yang mengabarkanku untuk pertama kali. Aku pun langsung membuka ponselku. Dan benar saja. Puluhan pesan terlihat masuk ke layar ponsel. Saat masih bingung mau buka yang mana duluan, pintu kamar diketuk asisten rumah tangga. Sambil membawa telepon, dia bilang ada telpon untukku. Ternyata dari salah satu Direksi PR Sukun. Beliau menanyakan apakah aku sudah tahu mengenai kabar duka tersebut. ’’Sampun, Pak!’’ begitu jawabku. Aku pun bergegas ke kantor tanpa sempat membuka seluruh pesan yang masuk ke ponselku. Isinya pun kutebak pasti sama: mengabarkan dan menanyakan kebenaran kabar duka tersebut. [caption id="attachment_187739" align="alignleft" width="2561"] Mas Didik menyalamiku di panggung saat show di Kabupaten Pati (5/3/2020). (DOK. MURIANEWS)[/caption] Setelah menerima arahan dari Direksi terkait kabar duka tersebut, aku pun kembali ke ruang kerjaku. Kulihat lukisan Didi Kempot di dinding ruang kerjaku. Itu adalah lukisan yang dibuat secara khusus untuk keperluan syuting video teaser ’’Roadshow Didi Kempot Kangen Sukun Part I’’ di 10 kota di wilayah eks Karesidenan Semarang dan Pati. Dimas Djayadiningrat, sang sutradara produksi video teaser tersebut lah yang berinisiatif membuat lukisan tersebut untuk dipasang di lokasi syuting yang dibuat semirip mungkin dengan setting film Godfather yang masyhur itu. Momen syuting video teaser di Pabrik Gula Gondang Winangun Klaten 20 Januari 2020 silam, adalah momen paling intim aku dengan Didi Kempot. Saat dia datang ke lokasi syuting, aku termasuk orang pertama yang dicarinya. Kami memang belum pernah bertemu sebelumnya. Hanya sering lewat suara saja. Dua kali aku bertandang ke Solo, dua kali pula aku tidak bisa bertemu dengannya. Dan saat bertemu di pabrik gula itu, dia pun memelukku erat. Kami saling bertanya kabar seperti layaknya orang yang sudah lama kenal. [caption id="attachment_187740" align="alignleft" width="2559"] Aku dan Manajer Kreatif PR Sukun menyempatkan foto bareng Mas Didik usai syuting video teaser Roadshow Didi Kempot Kangen Sukun (20/1/2020). (MURIANEWS/Istimewa)[/caption] Mas Didik, begitu aku menyapanya, terlihat santai saat itu. Gaya busananya bak anak muda masa kini. Dia datang hanya mengenakan T-shirt, celana jins, dan sneakers. Aku pun langsung menawari kopi. Dia menyambutnya. Kami pun ngobrol bersama ditemani Manajer Promosi dan Manajer Kreatif Sukun. Tak lama berselang, Dimas kemudian ikut nimbrung dan membuat suasana menjadi lebih cair. Senin itu, Mas Didik menghabiskan waktu hingga enam jam lamanya untuk keperluan syuting. Padahal sehari sebelumnya, dia melakukan show di dua tempat yang terpaut ratusan kilometer. Minggu pagi pentas di Jogja, Minggu malam ngisi acara di Jakarta. Sehari setelah syuting, Mas Didik tampil di Kota Malang. Luar biasa. Dan itu adalah pemandangan yang umum. Aku sampai ngeri membayangkan waktu istirahatnya. Dalam beberapa kesempatan, aku mencoba mengingatkan Mas Bobby, salah satu manajer Mas Didik yang mengurusi jadwal show, untuk pintar-pintar mengatur jadwal Mas Didik agar tidak kecapekan. Tapi begitulah Mas Didik. Dia pada dasarnya tidak bisa menolak tawaran job manggung. Alasannya sederhana: tidak enak hati kalau menolak. [caption id="attachment_187741" align="alignleft" width="2560"] Aku dan pejabat Forkopinda Pati foto bareng Mas Didik di atas panggung di halaman Stadion Joyokusumo Pati (5/3/2020). (DOK. MURIANEWS)[/caption] Mas Didik memang pribadi yang humble sekaligus supel. Di mata sebagian orang, Mas Didik adalah pahlawan. Terutama mereka yang selama ini hidupnya selalu diliputi kesedihan dan ketidakberuntungan. Mas Didik bisa hadir mengisi kekosongan hati mereka sebagai pelipur lara. Mas Didik juga telah membuka mata banyak orang, bahwa sukses itu tidak bisa diraih dengan tiba-tiba. Tapi ada proses yang kadang begitu panjang. Kesabaran dan keetekunan Mas Didik dalam bermusik sudah tidak diragukan lagi. Sudah lebih dari 800 lagu telah diciptakannya. Mas Didik juga membuktikan bahwa konsistensi sangat penting untuk mencapai tujuan. Dan Mas Didik sudah mengajarkan ke setiap orang bahwa konsisten di jalur musik campursari tidak akan membuatnya mati dalam berkarya. Mas Didik memang telah pergi. Dia pergi meninggalkan begitu banyak kesedihan. Tapi insya Allah, spirit Mas Didik akan terus menyala dan menginspirasi siapa saja yang ingin meraih sukses di bidangnya masing-masing. Semoga Mas Didik husnul khatimah. Diampuni segala dosanya. Dan ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT. Amin. Bisirril fatihah. *) Corporate Secretary PR Sukun dan Pemimpin Redaksi MURIANEWS

Baca Juga

Komentar