Jumat, 29 Maret 2024

Ada Pesan Moral dari Pementasan Sada Lanang Ande-Ande Lumut

Anggara Jiwandhana
Rabu, 11 Maret 2020 16:44:06
Pementasan teater musikal Kocap Kacarita Sada Lanang di Auditorium UMK. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Kudus - Pementasan Teater Musikal bertajuk “Sada Lanang” Kocap Kacarita jilid 1 oleh Komunitas Swatantu, rampung digelar Selasa (10/3/2020) malam. Apresiasi serta tepuk tangan dari ratusan penonton pun tutup pagelaran yang dipentaskan di Auditorium UMK tersebut. Mengadaptasi dongeng terkenal Ande-ande lumut, para pemeran dan pemain musik pun padu padan dalam menghidupkan cerita. Belum dengan puluhan pemeran pembantu siswa-siswi sekolah dasar yang membuat pementasan semakin hidup, ramai, dan meriah. Dalam pementasannya, dikisahkan dua kerajaan yaitu Jenggala dan Kediri terlibat perang. Hingga pewaris kerajaan mereka yang saling mencintai terpakasa berpisah dan menyamar. Adalah Panji Asmorobangun menyamar sebagai anak angkat Nyai Kanjeng Dadapan. Sementara Dewi Sekartaji menyamar sebagai Klenthing Kuning di rumah Mbok Randha beranak empat. Empat putri Mbok Randha yaitu, Klenthing Merah, Klenthing Ijo, Klenthing Biru dan Klenting Ungu. Mereka adalah potret remaja putri yang hanya memikirkan kecantikan fisik semata. Sementara ibunya, Mbok Randha, hanya berambisi akan harta kekayaan saja. Dalam perjalanannya, ada sebuah sayembara “ngunggah-unggahi” yang bertujuan untuk menyatukan kembali Panji dan Sekartaji. Keluarga Klenthing pun mendengar sayembara tersebut. Mereka juga tampak antusias dalam saat akan mengikuti sayembara itu. Ikutlah mereka dalam sayembara. Mereka berlomba-lomba meraih perhatian Panji, namun usaha tersebut gagal oleh halauan penjaga sungai Si Yuyu Kangkang yang telah berikrar melindungi sungai dari orang-orang berhati hitam. Akhirnya, Klenthing Kuning yang juga mengikuti sayembara tersebut dan memiliki pusaka Sada Lanang, amanah dari kekasih hatinya yaitu Panji Asmorobangun. Ia berhasil melewati Si Yuyu dengan bantuan Sada Lanang. Penyelenggara acara Yeni Parwati mengatakan, kisah adaptasi Ande-ande Lumut telah didongengkan secara kreatif oleh kolaborasi nan apik Komunitas Seni Swatantu dan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muria Kudus. "Kami juga dibantu siswa-siswi SD 3 Demaan dan SD 1 Barongan, mereka impresif sekali, pun dengan para pelantun musik yang ekspresif, mereka menghidupkan suasana" katanya. Sementara terkait tujuan pementasan, pagelaran tersebut merupakan upaya mengampanyekan pentingnya kegiatan mendongeng bagi anak sejalan dengan gerakan literasi budaya. Menurutnya, literasi tidak hanya dengan sekadar membaca buku, tetapi juga dengan menyajikan apa yang dibaca tersebut dalam bentuk baru dengan cara yang sangat kreatif. Salah satunya dengan pementasan. Mengingat budaya literasi kini, semakin lama semakin tersisih digantikan dengan laju gadget dan ratusan aplikasinya. "Padahal mendongeng masih sangat relevan dan penting dilakukan di zaman sekarang," ujarnya. Sementara Sekar Jaturampe, Penulis Naskah pagelaran ini mengatakan jika, dongeng menjalin kedekatan dan membangun komunikasi bahkan sebagai sarana menyampaikan ajaran budi pekerti kepada anak-anak. Dalam dongeng Ande-ande Lumut anak-anak diajarkan untuk memegang teguh prinsip bahwa kehormatan itu harus dijaga. “Pagelaran ini adalah upaya merancang sebuah seni literasi berdampak. Kasus bullying dan anak gadis yang terlibat pergaulan bebas saat ini marak terjadi hanya, karena memajang foto diri di sosial media, padahal jaman dulu nenek moyang kita mengajarkan bahwa para Klenthing yang berparas cantik dan sempurna saja bisa gagal menjadi permaisuri hanya karena ada bekas Yuyu Kangkang,” terangnya.   Reporter: Anggara Jiwandhana Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar