Kamis, 28 Maret 2024

Stop Bullying

Murianews
Senin, 9 Maret 2020 10:37:40
Ilustrasi Siswi SD jadi korban bullying atau perundungan. (Thinkstock/Shironosov)
[caption id="attachment_184027" align="alignleft" width="150"] Muslimin M.Pd. *)[/caption] AKHIR-AKHIR ini dunia pendidikan di Indonesia dihebohkan dengan banyaknya kasus bullying yang terjadi di sekolah-sekolah. Dan rata-rata terjadi pada sekolah yang kategorinya favorit. Pertanyaannya kenapa kok bisa kasus bullying tumbuh subur di dunia pendidikan?. Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu. Bisa jadi karena atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, kekuasaan atau kemampuan yang melebihi dari teman-temanya. Ketika lebih dalam lagi ditelusuri tindakan bullying terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Sebenarnya budaya bullying bisa terjadi dan berkembang di mana saja dan kapan saja selagi masih ada terjadi interaksi antarmanusia. Hal ini bisa terjadi di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan sekitar kita. Fokus pada permasalahan masih banyaknya kasus bullying yang akhir-akhir ini kita jumpai terutama di sekolah-sekolah tidak lepas dari gaya hidup dan perilaku anak saat ini. Harus kita akui bersama anak zaman now kecenderungan susah untuk diatur dan ingin semaunya sendiri. Ini harusnya menjadi perhatian yang serius baik dari orang tua maupun guru di sekolah. Deretan kasus bullying yang 1masih terjadi baru-baru ini menandakan masih belum ada rasa efek jera bagi tersangka bullying. Begitu juga terhadap anak juga belum banyak yang mengambil pelajaran bullying yang terjadi di tempat sekolah lain. Kasus terbaru bullying di Purworejo yang menghebohkan dunia pendidikan di Jawa Tengah, di mana siswi SMP berkebutuhan khusus dipukuli oleh tiga siswa secara bergantian dan aksi itu direkam oleh temannya. Kejadian pemukulan itu hanya gara-gara masalah sepele yaitu siswi yang dipukuli menolak memberikan uang karena selama ini mereka sudah sering meminta uang. Akhirnya kasus ini menjadi viral di medsos. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun memberikan perhatian khusus dan terusik dengan menginstruksikan agar kejadian itu untuk diusut tuntas.   Pentingnya Toleransi Beberapa perilaku siswa di sekolah yang masih melakukan bullying. Pertama, masih adanya anak yang merasa mempunyai kekuasaan yang lebih dibanding teman-temannya. Sehingga mereka kadang membuat geng antarteman mereka sendiri. Selanjutnya mereka memalak temannya sendiri dengan meminta uang kepada temannya yang lemah. Kedua, bisa jadi karena sebelumnya pernah diperlakukan secara fisik oleh kakak kelasnya akhirnya ketika ada kesempatan untuk balas dendam, mereka membalas dendam dengan adik kelasnya atau temannya yang lebih lemah. Ini seperti dendam yang berantai dan turun temurun. Ketiga, minimnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak-anaknya. Bisa jadi karena orang tua sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengontrol pergaulan anak-anaknya. Sehingga anaknya salah bergaul dan menjadi anak yang nakal. Langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah bullying?. Pertama, ajarkan toleransi itu kepada siswa. Ini sebenarnya menjadi tugas bersama tidak hanya guru di sekolah tapi juga orang tua di rumah. Toleransi adalah ajaran bagaimana saling menghargai berbagai perbedaan baik itu perbedaan pendapat, perbedaan status antara yang kaya dan miskin dan antara yang kuat menghargai yang lemah secara fisik. Dalam hal ini kita perlu meneladani ajaran Mbah Sunan Kudus dalam keberhasilannya ketika menyebarkan agama Islam di Kudus. Karena di Kudus waktu itu masih banyak orang Bergama Hindu dan Budha. Maka Sunan Kudus tidak ingin menyakiti perasaan mereka yang begitu mengagung-agungkan sapi. Maka Sunan Kudus berpesan kepada murid-muridnya hendaknya tidak menyembelih sapi. Pesan itu dengan tujuan agar tidak melukai hati orang Hindu dan Budha. Kedua menjadikan mata pelajaran toleransi kepada anak-anak sekolah agar mereka mengerti sejak dini betapa pentingnya toleransi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahwa kita adalah saudara yang tidak boleh semena-mena kepada temannya. Dan tidak boleh berbuat jahat ataupun menjadi ancaman bagi temannya. Ketiga, sebagai guru yang kehidupan sehari-hari sangat dekat dengan siswa, harusnya bisa deteksi lebih dini mana siswa-siswa yang nakal ataupun siswa yang bisa menimbulkan ancaman kepada temannya dan siswa yang sering membuat kegaduhan dikelas. Selanjutnya segera diberi pembinaan agar bullying tidak sampai terjadi. Keempat memasang CCTV di kelas agar semua kegiatan siswa baik ketika jam pelajaran atau istirahat terpantau oleh sang guru semua. Begitu ada tindakan kekerasan atau keributan di dalam kelas bisa langsung dicegah. Dengan seperti itu paling tidak bisa memberikan antisipasi sedini mungkin sebelum kasus bullying terjadi. Mengingat betapa dahsyatnya dampak dari korban bullying yaitu terhadap fisik dan psikisnya. Mulai dari siswa yang akhirnya menjadi penakut karena sering dipukuli atau disakiti oleh temannya. Dan dampak yang paling bahaya adalah dampak psikisinya dimana anak mengalami trauma yang berkepanjangan. Mentalnya menjadi penakut dan sulit untuk berinteraksi dengan teman-temannya.(*)   *) Penulis adalah Dosen STIBI Syekh Jangkung (Sekolah Tinggi Ilmu Budaya Islam) Pati dan koordinator Komunitas Kampung English Temulus

Baca Juga

Komentar