Jumat, 29 Maret 2024

Satu Alat Deteksi Longsor di Tempur Jepara Tak Berfungsi Maksimal

Budi Santoso
Rabu, 25 Desember 2019 14:01:35
Ketua DPRD Jepara Imam Zusdi Ghozali, melakukan pengecekan alat pendeteksi bencana di Desa Tempur, Keling, Jepara. (MURIANEWS.com/Budi Erje)
MURIANEWS.com, Jepara - Saat ini, memasuki musim penghujan, beberapa wilayah di Kabupaten Jepara dipastikan berada dalam peta rawan bencana. Masyarakat diminta untuk selalu tanggap bencana. Ketua DPRD Jepara Imam Zusdi Ghozali menyatakan, meskipun di beberapa tempat sudah ada alat pendeteksi bencana, masyarakat tetap harus waspada. Mereka tidak boleh hanya menggantungkan pada kinerja alat-alat tersebut. Di beberapa titik wilayah Kabupaten Jepara, sudah ada alat-alat pendeteksi bencana. Namun demikian jumlahnya jelas belum memadai sama sekali. Pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Jepara mulai memberi perhatian pada masalah ini. “Misalnya di Desa Tempur, Keling sana, hanya ada di dua titik saja. Masing-masing di Duplak dan Glagah. Seharusnya diperlukan beberapa alat lagi untuk benar-benar bisa memberi peringatan dini kepada masyarakat,” ujar Imam Zusdi Ghozali, Rabu (25/12/2019). Bahkan untuk alat pendeteksi bencana di Desa Tempur, ternyata tidak semuanya berfungsi dengan baik. Pihaknya sudah mendatangi langsung dan mengecek kesiapan alat tersebut bersama sejumlah petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jepara. “Salah satu alat, ternyata suara peringatan yang keluar tidak nyaring. Warga di sekitar tidak mendengar. Saya tanya petugas BPBD, ternyata biaya perawatan tidak ada. Apa pemerintah kabupaten tidak malu, padahal alat ini (alat pendetksi dini) hibah pemerintah provinsi,” katanya. Baca: Desa Tempur Jepara Dipasangi 3 Alat Deteksi Longsor Karena alatnya masih kurang dan ada yang tidak berfungsi dengan baik, maka pihaknya meminta agar masyarakat Tempur meningkatkan kewaspadaan, dan tidak hanya sepenuhnya bergantung pada alat yang dipasang. Sementara itu, M. Zainudin, salah satu petugas BPBD Jepara, yang ikut melakukan pengecekan alat di Desa Tempur, menyatakan, memang ada satu alat yang tidak berfungsi optimal. Empat alat deteksi dini pada Juli 2019 memang dipasang di Desa Tempur. Masing-masing, satu alat pendeteksi curah hujan dan tiga alat pendeteksi pergerakan tanah. Pemasangan dilakukan oleh tim pendeteksi dini Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Untuk alat pendeteksi curah hujan dipasang di samping kantor desa, berupa speaker suara berukuran sedang, panel surya, baterai, dan tabung penampung air hujan. Alat ini akan mengeluarkan suara peringatan apa bila curah hujan tinggi. “Sedangkan untuk alat pergerakan tanah, salah satunya dipasang di Dukuh Kemiren desa setempat, pada ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan air laut. Salah satu alat memang tidak maksimal, karena suara speakernya tidak nyaring,” terangnya.   Reporter: Budi Erje Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar