Jumat, 29 Maret 2024

Kemarau Munculkan Bisnis Air di Perbatasan Jepara-Demak

Budi Santoso
Jumat, 25 Oktober 2019 16:59:15
Warga di Jepara mendapatkan bantuan air bersih. (MURIANEWS.com/Budi Erje)
MURIANEWS.com, Jepara - Krisis air bersih selalu terjadi setiap tahun di wilayah perbatasan Jepara-Demak. Desa-desa di sepanjang wilayah perbatasan mulai dari Kaliombo hingga ke Kedung Malang menghadapi situasi sama saat kemarau datang. Tahun ini, sudah lima bulan mereka menghadapi masa-masa sulit krisis air bersih. Jaringan air PDAM Jepara, tidak mampu membantu sepenuhnya mengatasi krisis ini. Karena jumlahnya tidak mencukupi, membuat jaringan PDAM di kawasan ini menjadi rebutan. “Karena rebutan, banyak cara akhirnya dilakukan. Semua pasang mesin pompa untuk menyedot air di jaringan PDAM. Kalau pas dapat ya dapat, karena memang seperti rebutan,” ujar Noviyanti, warga Desa Tedunan, Kedung, Jepara, Jumat (25/10/2019). Struktur jaringan air PDAM Jepara kemungkinan menjadi sebab hingga akhirnya pada wilayah tertentu air masih bisa mengalir. Namun sebaliknya, di wilayah lain di kawasan ini, aliran air PDAM akhirnya menjadi terhenti sama sekali. Di Desa Kaliombo misalnya, air PDAM pada kemarau tahun ini, sudah lima bulan terhenti. Kendatipun begitu warga masih tetap harus membayar rekening air pada angka minimal. Namun di wilayah lain, air PDAM masih mengalir. Situasi ini melahirkan apa yang dinamakan ‘bursa air’ di wilayah perbatasan. Ada orang-orang yang memanfaatkan keadaan dengan menjual air dari PDAM yang berhasil mereka sedot menggunakan pompa. “Kalau pas tidak ada droping air, kami terpaksa beli air dari Tedunan. Harganya 100 ribu untuk satu colt berisi lima blung (drum plastik). Airnya itu ya air PDAM yang di sana masih ngalir. Kalau gembesan (jriken), harganya sikitar Rp 15 ribu untuk enam  gembes,” ujar Arif Budiyanto, warga Kaliombo. Situasi yang berkembang akhirnya menempatkan PDAM Jepara menjadi pihak yang dianggap kurang sigap. BUMD Jepara ini dianggap tidak serius memperhatikan hak-hak konsumen di perbatasan. Apalagi mereka pernah menjanjikan akan memberi pasokan air bersih via mobil tangki setiap hari sebanyak14 truk tangki karena jaringan tidak mengalir. Sedangkan faktanya, warga mengaku sama sekali tidak menerima servis ini seperti yang dijanjikan. “PDAM hanya beberapa kali ngasih droping air. Sebagian besar lainnya dari BPBD yang bekerja sama dengan beberapa pihak. Air PDAM macet total. Padahal kami bayar rekening tiap bulan. PDAM harus membenahi soal ini,” ujar Kardi Abdul Basid, warga Kaliombo. Warga Demak yang hanya berbatas sungai di seberang selatan, yang juga menghadapi krisis menyemarakan ‘bursa air’ di wilayah ini. Mereka juga ikut membeli air di kawasan ini. Sehingga menimbulkan kegiatan ‘sedot menyedot air’ PDAM menggunakan mesin pompa, semakin banyak terjadi. Akibatnya pasokan air PDAM juga mengalami masalah.   Reporter: Budi Erje Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar