Jumat, 29 Maret 2024

Kebiasaan Warga di Desa Lokasi Konggres Sampah Ini Patut Ditiru

Ali Muntoha
Sabtu, 12 Oktober 2019 08:03:03
Warga Desa Kesongo memilah sampah untuk dijadikan kerajinan. (MURIANEWS.com)
MURIANEWS.com, Semarang – Desa Kesongo, di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, dipilih menjadi lokasi Konggres Sampah yang baru kali pertama digelar di Indonesia. Desa ini akan dikunjungi ribuan orang dari seluruh pelosok Nusantara. Bukan tanpa sebab desa ini dipilih sebagai tuan rumah kegiatan yang digelar selama dua hari 12-13 Oktober 2019 itu. Pasalnya, desa itu punya kebiasaan kebersihan yang cukup unik dan patut diacungi jempol. Warga desa ini sudah sangat sadar tentang pentingnya mengolah sampah. Sehingga sejak di dalam rumah warga pun, sampah telah dipilah antara organik dan non-organik di kantong yang berbeda. Setelah dipilah, sampah-sampah itu dimasukkan dalam keranjang yang sudah diberi label khusus. Nama labelnya oun sangat sederhana. "Ini keranjangnya juga beda. Ada dua keranjang, keranjang Iso Bosok dan keranjang Ora Iso Bosok," kata Mareta, warga dusun Sejambu, Desa Kesongo. Keranjang Iso Bosok berarti dikhususkan untuk sampah-sampah yang bisa membusuk (organik) dan keranjang Ora Iso Bosok untuk sampah yang tidak bisa membusuk (non-organik). Namun Mareta mengatakan tidak semua sampah non-organik dibuang ke tempat sampah. "Kita berikan ke tetangga yang membuat kerajinan dari sampah plastik. Ada yang dibuat kostum, bunga, topi dan lain-lain," katanya. Supriyadi, Kepala Desa Kesongo mengatakan petugas pengangkut sampah dari desa juga melanjutkan pemisahan sampah. Yang organik langsung masuk ke bak pikap sementara yang non-organik dimasukkan ke keranjang plastik. "Di TPS petugas tersebut kembali memilah, sampah yang bisa dimanfaatkan dikumpulkan sementara yang tidak bisa diangkut truk ke TPA," katanya. Ia menyebut awalnya warga mulai memilah sampah itu hanya sekadar membantu tetangga yang membuat kerajinan berbahan plastik. Meskipun pada mulanya belum ada dua jenis keranjang sampah pembeda tersebut. "Mulanya hanya dilakukan satu orang yang membuat kerajinan itu. Dia membuat kerajinan dari plastik itupun karena mulanya jengkel got depan rumahnya banyak tersumbat sampah plastik. Akhirnya warga sini saling getok tular, saking memberi tahu kalau ada sampah plastik jangan dibuang tapi diberikan ke perajin plastik itu," terangnya. Begitu desa membentuk satgas sampah yang dipimpin langsung oleh Babinsa setempat, pengelolaan sampah di Kesongo semakin tertata. Bahkan warga desa itu bertekad tak lagi mengirim sampah ke TPA. "Semua harus bisa kami manfaatkan. Makanya kami bercita-cita membuat Taman Pendidikan Pengelolaan Sampah. Selain taman, di sana juga ada Pendidikan Anak Usia Dini agar bisa menanamkan pengelolaan sampah dari dini. Master plan telah kami susun dengan tim KKN Undip," pungkasnya.   Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar