Jumat, 29 Maret 2024

Pemkab Kudus Ajak Masyarakat Ubah Sampah Jadi Rezeki

Dian Utoro Aji
Senin, 7 Oktober 2019 15:04:01
Aktivis lingkungan Heru Santoso menyerahkan produk hasil limbah kepada presdir Nojorono dan Sekdin PKPLH, di sela-sela kegiatan, Senin (7/10/2019). (MURIANEWS.com/Istimewa)
MURIANEWS.com, Kudus - Persoalan sampah menjadi persoalan serius sekarang ini. Bukan saja karena volumenya yang semakin bertambah, namun juga karena kesadaran masyarakat dalam mengatasi sampah yang baik, juga masih rendah. Setidaknya hal itu yang dilihat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus, dalam mengurangi sampah di wilayahnya. "Contohnya saja saat warga dengan santainya membuang sampah di sungai. Seolah sungai itu bak sampah yang terbuka luas," jelas Sekretaris Dinas PKPLH Kudus Didik Tri Prasetya, saat membuka kegiatan pelatihan penguatan pengelolaan sampah melalui bank sampah dan kampung iklim, yang digelar PT Nojorono, di Pusat Belajar Guru, Senin (7/10/2019). Didik mengatakan, pihaknya sampai harus melakukan sidak atau operasi secara sembunyi-sembunyi, untuk mengetahui warga mana saja yang suka membuang sampah ke sungai. "Warga rupanya memiliki jadwal tertentu saat membuang sampah di sungai. Pernah kita nyanggong dari jam 1 dinihari sampai pagi, saat dapat laporan. Tapi ternyata tidak menjumpai. Rupanya mungkin sudah tahu kalau disanggong, mereka buang sampahnya habis Maghrib," tuturnya. Tindakan nyata juga sudah dilakukan. Yakni dengan memberi sanksi kepada warga yang buang sampah sembarangan. Namun sejauh ini, sanksinya masihlah pada taraf tindak pidana ringan. Terkait dengan program Pemkab Kudus untuk mengurangi konsumsi sampah plastik, juga sudah berjalan. Rumah makan ataupun pasar modern, disebutnya semakin mengurangi sampah plastik. "Ambil contoh warung makan, sekarang sudah berkurang sedotan plastiknya. Minimarket tidak ada lagi kantong plastik. Ini kan, upaya yang saya yakin akan terwujud nantinya, menjadikan Kudus bebas sampah plastik. Meski masih ada satu dua yang membandel, namun rata-rata sudah melakukan hal ini," terangnya. Didik menjelaskan, membangun komunitas-komunitas yang concern terhadap pengelolaan sampah, adalah cara yang dilakukan pihaknya, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Termasuk membuat bank-bank sampah di lingkungan terkecil di masyarakat. "Sampai saat ini ada kurang lebih 42 bank sampah di Kudus. Memang belum merata di semua kecamatan, tapi sudah cukup baguslah. Ada yg sudah berhasil juga secara profesional mengelola sampahnya. Karena warga sadar jika sampah bisa jadi rejeki. Jangan sampai jadi musibah," tegasnya. Kegiatan pelatihan sendiri, diikuti perwakilan masing-masing komunitas bank sampah. Juga aktivis lingkungan. Selama dua hari, peserta pelatihan akan diberikan materi bagaimana mengelola sampah mereka, menjadi sumber rejeki. Turut dihadirkan dalam kegiatan itu adalah aktivis lingkungan, sekaligus penggiat komposter Heru Santoso dari Jakarta. Echa, warga Megawon, salah satu peserta pelatihan mengatakan jika pihaknya juga sebal dan kecewa ketika ada yang membuang sampah di sungai. "Rumah saya itu tiap musim hujan kebanjiran akibat sungai tersumbat sampah. Kalau musim kemarau begini, bau karena limbah pabrik. Tapi masih saja ada warga yang seenaknya buang sampai ke sungai dekat rumah. Terus terang bikin sebel sekali. Kapan sadarnya kalau perbiatan itu merugikan semua orang," katanya. Echa sendiri tergabung dalam komunitas bank sampah di lingkungannya. Meski masih baru, namun respon warga cukup baik. Artinya, mereka sudah mau berkontribusi mengurangi sampah yang ada. "Yang masih perlu ditingkatkan adalah kesadaran memilah-milah atau memisahkan sampah. Biar gampang kita mengelolanya. Itu sih, yang kurang menurut saya," katanya. Di sisi lain, Presdir PT Nojorono Stevanus JJ Batihalim mengingatkan semua pihak, agar bisa mengelola sampah dengan baik. "Karena sampah itu bisa juga bermanfaat untuk kita. Apa yang bisa diolah, mari kita olah. Jadikan sumber rejeki bagi kita. Manfaatnya juga besar bagi lingkungan, katanya. Dikatakannya, apa yang dilakukan pihaknya ini, sebagai upaya untuk memberikan ruang diskusi, koordinasi, dan pemecahan masalah sampah di Kudus. Pihaknya ingin supaya seluruh elemen yang terkait, bisa terintegrasi dengan baik. "Supaya di Kudus ini juga bebas sampah. Kita mulai dari kawasan kecil kita. Kalau semua bekerjasama, pasti bisa," imbuhnya. Sementara aktivis lingkungan Heru Santoso mengatakan, dari bahan-bahan sederhana yang ada, maka bisa dibuat hasil daur ulang sampah yang luar biasa. "Sampah daun, sayur-sayuran yang ada di rumah kita, bisa dibuat kompos yang menghasilkan produk sampah cair. Nah, hasilnya bisa untuk mengatasi sampah yang lebih besar. Dan ibu-ibu juga bisa melakukannya di rumah. Semua bisa. Asal kita mau. Sehingga untuk mewujudkan Kudus bebas sampah 2030 nanti, akan mudah dilakukan," jelasnya.   Reporter: Dian Utoro Aji Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar