Jumat, 29 Maret 2024

Jiwa Gotong Royong Ternyata Masih Kuat di Jondang Jepara, Ini Buktinya

Budi Santoso
Senin, 23 September 2019 17:40:58
Warga bergotong royong membangun masjid di Jepara. (MURIANEWS.com/Budi Erje)
MURIANEWS.com, Jepara - Tradisi gotong royong sering digembar-gemborkan menjadi salah satu ciri masyarakat Indonesia. Namun seiring berkembangnya zaman dan kebudayaan, tradisi ini sudah jarang bisa dilihat dilakukan masyarakat. Di Jepara, tradisi gotong royong ternyata masih bisa nyata dilihat di Desa Jondang, Kecamatan Kedung, Jepara. Keinginan masyarakat Jondang untuk bisa membangun masjid yang megah, disokong penuh dengan tekad kuat melakukan gotong royong. Semua aspek yang ada semuanya diwujudkan dengan bergotong royong. Masjid Jami’ Baitul Aziz, Desa Jondang, pembangunannya sudah berproses selama kurang lebih dua tahun. Pembiayaannya secara murni dilakukan dengan cara swadaya masyarakat. Setiap hari warga menyumbangkan dananya ke masjid. Jumlahnya dari sekadar puluhan ribu hingga jutaan rupiah. “Sampai sekarang belum mengajukan proposal ke pemerintah. Sistem swadaya dengan tiap hari warga berdatangan memberi sodaqoh sendiri ke masjid. Tidak ditarik. Ada yang ngasih Rp 10 ribu sampai jutaan,” ujar Muniadi, panitia pembangunan masjid, Senin (23/9/2019). Swadaya masyarakat, selain berupa uang, juga ada yang berupa material bangunan. Selain itu juga ada yang memberikan hewan untuk aqiqoh. Disebutkan oleh Muniadi, pada awal-awal pembangunan panitia hanya memiliki uang sekitar dua ratus juta rupiah saja dari kas masjid. Sedangkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) pembangunan masjid ini diperkirakan mencapai Rp 5 miliar. Dengan cara swadaya dan gotong royong, kini bentuk megah bangunan masjid sudah mulai terlihat. Saat ini progres pembangunannya bisa dikatakan mencapai kisaran 40 persen. “Sementara memang diperkirakan sampai Rp 5 miliar. Tapi bisa saja angka ini akan membengkak. Karena aksesoris bangunan yang diinginkan kadang-kadang berubah menjadi lebih baik,” terangnya. Salah satu yang menarik perhatian adalah cara pembangunannya. Setiap hari ada sekitar 15 warga yang hadir untuk bekerja tanpa dibayar. Mereka digilir untuk bekerja bakti. Biasanya dalam sebulan sekali mereka mendapatkan giliran untuk bekerja apa saja. Mengaduk semen, mengangkat batu bata dan pekerjaan lain yang biasa ada dalam pembangunan fisik. Pada saat-saat tertentu, seribuan warga akan datang bersamaan untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang membutuhkan tenaga kerja banyak. Warga biasanya ada yang membawa ingkung ayam, nasi, daging kambing, danging kerbau, minuman dan kebutuhan logistik yang diperlukan. Pada saat istirahat siang, warga yang bergotong royong kemudian makan bersama di area pembangunan. Suasana ini semakin menunjukan betapa jiwa gotong royong mereka memang sangat kental. Di tengah kepenatan, warga juga terlihat sangat bergembira menyatap hidangan yang dibawa. “Kalau untuk gotong royong massal memang pada saat tertentu saja. Sudah empat kali dilakukan. Pertama saat membongkar bangunan lama, kemudian pengecoran lantai dua sisi utara, lalu pengecoran lantai dua sisi selatan. Terakhir saat mengecor atap beberapa hari lalu. Mungkin tinggal satu kali lagi, saat nanti membuat kubah masjidnya,” pungkasnya.   Reporter: Budi Erje Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar