Kamis, 28 Maret 2024

Kemarau Panjang, Pengrajin Batu Bata di Kudus Malah Kesulitan Bahan Baku

Anggara Jiwandhana
Senin, 23 September 2019 15:25:15
Dua pekerja tengah merapikan batu bata di Desa Papringan (MURIANEWS.com/Anggara Jiwandhana)
MURIANEWS.com, Kudus – Para pengrajin batu bata di Desa Papringan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus mengeluhkan bahan baku pembuatan bata yang sulit didapat dan mahal. Saking mahalnya, para pengrajin, mau tidak mau harus memungut kembali sisa bahan cetakan yang tercecer dan sudah mengering. “Sedang langka dan mahal-mahalnya bahan baku ini,” kata Mastuli, salah satu pengrajin batu bata di Desa Papringan tersebut. Kenaikan harga bahan baku berkisar sampai 50 persen. Hal tersebut pun berimbas pada penjualan serta produksi batu bata. Akibatnya, ia tidak bisa menutup permintaan yang melonjak. “Padahal harusnya di musim kemarau kami bisa meraup keuntungan yang tinggi,” katanya. Mastuli menduga, langkanya tanah disebabkan karena para petani enggan menjual tanahnya pada para pengerajin. Lantaran adanya larangan Perda terkait komersialisasi tanah. Kalaupun berhasil mendapat bahan baku, maka harganya tidak cocok di ongkos. “Mungkin mereka terkendala itu. Sekarang harga per dump truk mencapai Rp 350 ribu. Dari yang semula hanya Rp 250 ribu” lanjutnya. Senada, Khoironi pengrajin sekaligus pemilik usaha bata merah menjelaskan walau di musim kemarau, pihaknya sangat kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pesanan bata. “Padahal ini musim kemarau,” katanya. Ia juga menyebut miniimnya bahan baku jadi biang dari kesulitan untuk memenuhi pesanan.  Jika biasanya pihaknya menggunakan alat berat untuk mengambil tanah, kini hanya menggunakan manual atau tenaga manusia saja. “Biasanya dapat bahan sepuluh rit, kini hanya lima rit. Kami harap segera ada penyelesaian masalahnya,” tandasnya.   Reporter: Anggara Jiwandhana Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar