Selasa, 19 Maret 2024

Para Profesor Gelar FGD Tepis Tudingan Raden Fatah Yahudi

Ali Muntoha
Sabtu, 7 September 2019 13:52:35
Para profesor dan ahli berdiskusi dalam FGD membahas sejarah Raden Fatah. (MURIANEWS.com)
MURIANEWS.com, Demak – Pernyataan budayawan Ridwan Saidi yang menyebut Raden Fatah dan Sultan Trenggana sebagai Yahudi membuat geger. Sejumlah pihak mengecam dan menuntut budayawan itu meminta maaf serta menarik kembali ucapannya, karena dinilai telah melecehkan Raja Demak tersebut. Tak hanya itu, sejumlah profesor dan ahli dari sejumlah perguruan tinggi, Sabtu (7/9/2019) berkumpul di Hotel Amantis Demak, untuk menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas masalah ini. Dalam FGD yang digelar Yayasan Dharma Bakti Lestari bekerja sama dengan Sahabat Lestari dan Media Group itu, sejumlah ahli dihadirkan. Di antaranya, para guru besar dari UGM. Yakni, Guru Besar Emertius UGM Prof Djoko Suryo, Prof Dr Inajati Adrisjianti, Prof Dr Chamamah Suwarno. Ada Guru Besar dari UIN Yogyakarta, Prof Dr Ratno Lukito. Serta Rektor Unisnu Jepara, Dr Sa'adullah Assaidi, serta dari Undip diwakili Pembantu Dekan I Dr Alamsyah, serta para dosennya. Hadir juga dalam FGD ini para sejarawan, tokoh agama, tokoh pemuda dan dan Takmir Masjid Agung Demak K.H Drs. Abdullah Syiffa. Prof Ratna Lukito yang juga perwakilan Yayasan Dharma Bakti Lestari menyebut, FGD ini digelar dengan mengangkat tema “Menyegarkan Sejarah Raden Fatah. Menurut dia, FGD ini memang digelar untuk meluruskan pemahaman keliru terhadap Raden Fatah. “Ini untuk meluruskan kembali pandangan keliru yang sempat diungkapkan oleh seorang tokoh masyarakat terkait Raden Fatah dan Sultan Trenggono,” katanya. Sementara itu, Pendiri Yayasan Dharma Bakti Lestari, Lestari Moerdijat menyebut jika Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Fatah sebagai bukti eksistensi kerajaan di pesisir utara Pulau Jawa itu dalam kekuatan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. “Jejak sejarah dalam bentuk artefak sebagai peninggalan Kerajaan Demak, hingga kini masih dapat dilihat,” ujarnya. Ia menyebut, Raden Fatah sebagai pendiri kerajaan Demak, merupakan raja yang menganut ajaran Islam pertama di tanah Jawa. Sebelumnya, wilayah kerajaan Demak berada dalam kekuasaan Majapahit. Anggota DPR RI dari Dapil II Jateng ini menyebut, sejarah pada Abad ke-16 menunjukan keberadaan Raden Fatah dan penerusnya seperti Adipati Unus, Sultan Trenggana, hingga Sunan Prawata. “Dari fakta sejarah yang ada, kerajaan Demak mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana,” terangnya. Disampaikan Lestari, raja-raja Demak merupakan pahlawan kultural bagi masyarakat. Sultan Trenggana ia sebutkan sebagai tokoh regional telah berkontribusi dalam perjuangan. Wilayah kekuasaannya tidak hanya di Jawa, namun juga di sebagaian wilayah Sumatera. “Sebagian besar masyarakat mengetahui sejarah, eksistensi dan kiprah Sultan Trenggana. Pengaruh Sultan Trenggana juga hingga Malaka,” ungkapnya. Diuraikannya, Raden Fatah yang berkuasa pada akhir Abad 15 itu menikah dengan putri China. Dari pernikahannya itu, Raden Fatah dikarunia enam anak. Salah satunya, Trenggana yang kemudian menjadi Sultan di wilayah tersebut. “Pada tahun 1546, Sultan Trenggana sudah mengusai Jawa, Madura, Bali dan Angenia. Sultan Trenggana juga mengirim utusan seorang perempuan ke Banten untuk meminta bantuan melakukan penyerangan ke beberepa wilayah, termasuk juga menyerang Portugis,” pungkasnya.   Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar