Jumat, 29 Maret 2024

Waspada, Ngaji Melalui YouTube Berpotensi Terpapar Radikalisme

Cholis Anwar
Senin, 29 Juli 2019 00:48:12
Muhammad Nuruzzaman menyampaikan materi saat Kopdar Awaja di Omah Joglo Quran Pati, Minggu (28/7/2019). (MURIANEWS.com/Cholis Anwar)
MURIANEWS.com, Pati - Minat beragama tinggi dan tidak dibarengi dengan proses belajar yang benar dapat berpotensi terpapar radikalisme. Pemahaman agama secara instan melalui sumber di internet atau media sosial tidak dapat dibenarkan, termasuk merujuk pada guru yang belum tentu alim (berilmu). "Semangat beragama sekarang tinggi, tetapi pemahamannya rendah. Sehingga muncul sikap intoleran dan radikal. Persoalannya, karena belajarnya di youtube dan medsos," ujar Komandan Densus 99 Banser Muhammad Nuruzzaman saat Kopdar Awaja di Omah Joglo Quran Pati, Minggu (28/7/2019). Nuruzzaman meyebutkan, banyak konten intoleransi yang tersebar di internet. Padahal, intoleransi berpeluang meningkat menjadi gerakan radikal dan bisa jadi mengarah pada terorisme. "Pemahaman agama harus tepat melalui guru yang benar. Jadi, Kopdar Aswaja seperti ini sangat penting untuk memahamkan kepada semua pihak," katanya. Lebih lanjut pria yang akrab disapa Bib Zaman itu, mengungkapkan banyak faktor penyebab munculnya radikalisme dan terorisme. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi bukan merupakan faktor dominan orang terekrut dalam gerakan tersebut. "Asumsi bahwa orang miskin dan bodoh mudah terpapar radikalisme itu hanya satu dari sekian faktor. Karena faktanya pelaku terorisme banyak yang berpendidikan tinggi dan kondisi perekonomiannya layak," ungkapnya. Dia menegaskan, terdapat gerakan rapi dari sejumlah organisasi internasional yang sengaja menyebarkan ideologi transnasional. Padahal ideologi itu tidak memiliki akar budaya di banyak negara, terutama Indonesia. Jika tidak dihadang, maka akan menghancurkan bangsa lantaran sasaran mereka mengganti Pancasila dan mendirikan negara Islam yang sarat syahwat politik. Senada dengan Bib Zaman, Yusuf Hasyim menyebut gerakan intolernasi, radikalisme, dan terorisme dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan massif. NU menjadi bagian dari elemen bangsa yang dengan keras menolak dan konsisten membendung gerakan tersebut. Ketua MDS Rijalul Ansor Pati H Abdullah Syafiq mengemukakan, Kopda Aswaja sebagai ihtiar memantapkan pemahaman Islam yang moderat dan rahmatan lil alamin. Tidak hanya bagi kader Ansor, majelis demikian akan lebih intensif digelar secara lebih luas.   Reporter: Cholis Anwar Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar