Kamis, 28 Maret 2024

Limbah Jerami Sisa Panen di Kudus Butuh Solusi

Anggara Jiwandhana
Senin, 15 Juli 2019 14:59:10
Jerami sisa panen masyarakat menumpuk di saluran irigasi di Undaan Kudus, Senin (15/7/2019). (MURIANEWS.com/Anggara Jiwandhana)
MURIANEWS.com, Kudus – Limbah jerami sisa panen padi di Kudus saat ini butuh solusi. Apalagi, selama ini limbah jerami dibiarkan menumpuk begitu saja di tepi jalan, bahkan di saluran irigrasi. Sebagian dibakar dan sebagian lagi dibiarkan. Saluran yang dipenuhi jerami dipastikan memberi dampak pada pendangkalan. Jika musim hujan, tentunya akan sangat berdampak. Jika debet air deras, maka dipastikan air akan limpas ke jalanan dan mengganggu pengguna jalan. Camat Undaan, Rifa’i Nawawi mengatakan sebagian persawahan di daerahnya memang kerap dijumpai tumpukan jerami. Baik di pinggir jalan desa maupun dalam saluran irigrasi. Beberapa bahkan sempat menimbulkan masalah. “Di Desa Medini pernah, tapi sudah tuntas permasalahannya,” kata Rifa’i, Senin (15/7/2019). Rifa’i menjelaskan, beberapa titik saluran irigasi memang dipenuhi tumpukan jerami. Para petani sebenarnya tidak ada niat membuang sisa panen ke saluran. Namun saking banyaknya, longsor dan memenuhi saluran irigrasi. “Awalnya mungkin hanya ditumpuk di pinggir  jalan,” katanya. Rifa’i menambahkan, pihaknya sebenarnya telah meminta bantuan teknologi pengolahan jerami melalui penyuluh pertanian maupun instansi terkait setingkat kabupaten. Permohonan tersebut diharapkan bisa tembus dan terdengar ke provinsi. “Kami telah meminta bantuan teknologi, semoga bisa terealisasi,” tambah Rifa’i. Jika ada teknologi pertanian yang mumpuni, diyakini jerami dapat dimanfaatkan. Kecamatan Undaan mempunyai area pertanian yang sangat luas dan diperkirakan menghasilkan jerami sisa panen yang banyak. "Kami yakin ada manfaatnya," tandasnya. Sementara Kades Medini Agus Sugiyanto menambahkan, proses panen secara manual dianggap berpotensi menimbulkan persoalan tumpukan jerami. Kondisi serupa tidak dialami saat panen menggunakan combaine atau mesin panen. “Hanya kami tidak bisa memaksa semua petani menggunakan mesin seperti itu. Mereka punya pertimbangan tersendiri,” tandasnya.   Reporter: Anggara Jiwandhana Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar