Jumat, 29 Maret 2024

Harga Anjlok, Petani Garam di Jepara Menjerit

Budi Santoso
Kamis, 11 Juli 2019 19:00:39
Seorang petani garam di Desa Bulak Baru, Kedung, Jepara, sedang menggarap tambak garam miliknya, Kamis (11/7/2019). (MURIANEWS.com/Budi Erje)
MURIANEWS.com, Jepara - Harga garam di Jepara mengalami penurunan di tingkat produsen dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ini dikeluhkan oleh para petani garam di Jepara. Beberapa petani di Desa Tanggul Tlare dan Bulak Baru, Kedung, Jepara, menyebutkan saat ini harga garam di tingkat petani hanya berkisar Rp 300 sampai Rp 400 per kilogramnya. Mereka kembali menuduh hal ini disebabkan karena masuknya garam impor ke pasaran garam Tanah Air. Menurut Masruh (57), salah satu petani garam di Jepara, pada awal 2018 harga garam sempat menjangkau angka Rp 100 ribu setiap tombongnya. Kemudian harga tersebut turun sampai Rp 75 ribu, dan hingga saat ini ke angka terendah dalam kisaran Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per tombong. Ukuran tombong sendiri didasarkan pada wadah yang terbuat dari bambu. Dalam setiap tombong jumlah garam yang mampu ditampung beratnya mencapai sekitar 80 kilogram. Sehingga dengan harga yang saat ini hanya mencapai R p30-35 ribu rupiah/tombong, maka harga setiap kilogramnya hanya mencapai kisaran Rp 375 sampai Rp 400. “Sekarang ini memang sangat rendah sekali harganya. Melihat situasinya, bisa saja akan terus turun nantinya,” ujar Masruh, pasrah di sela menggarap tambak garamnya, Kamis (11/7/2019). Sedangkan Sutama (65), petani garam lain, berharap harga garam bisa bisa membaik. Setidaknya bisa mencapai Rp 75 ribu setiap tombongnya. Sehingga paling tidak dari sisi tenaga, para petani garam bisa merasa sedikit dihargai. Dengan harga sebesar itu, para petani sudah bisa balik modal dan sedikit keuntungan. Kebanyakan para petani melakukan proses produksi bukan untuk dijual dalam jangka pendek ini. Mereka lebih cenderung untuk menunda dulu hasil produksinya, sambil menunggu harga sedikit membaik. Jika dilepas pada saat sekarang, harganya masih belum memberi keuntungan. “Bagi yang masih punya simpanan, pasti akan menyimpan garamnya. Menunggu harga membaik. Tapi yang tidak punya simpanan, ya mau bagaimana lagi,” ujar Sutama. Sesuai dengan siklus produksi yang ada di sentra garam Jepara, diperkirakan pada akhir Juli ini para petani garam akan masuk pada masa panen. Sampai awal September 2019 diperkirakan masa panen akan mencapai puncaknya. Melihat situasinya, harga garam diperkirakan akan terus turun ke titik yang lebih rendah. Bahkan para petani garam memprediksi harga yang terbentuk bisa mencapai hanya menjadi Rp 150 per kilogram, atau paling bagus Rp 250 per kilogram.   Reporter: Budi Erje Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar