Kamis, 28 Maret 2024

Museum Patiayam Pamerkan Fosil Langka di Pameran Keliling Museum Ranggawarsita

Dian Utoro Aji
Sabtu, 22 Juni 2019 15:00:50
Seorang pengunjung menyaksikan koleksi fosil yang dimaperkan di stand Museum Purbakala Patiayam di Gor Bung Karno Kudus, Sabtu (22/6/2019). (MURIANEWS.com/Dian Utoro Aji).
MURIANEWS.com, Kudus – Museum Purbakala Patiayam menampilakan belasan fosil di Pameran Keliling yang diadakan Museum Ranggawarsita di GOR Bung Karno Kudus, Sabtu (22/6/2019). Menariknya, ada satu fosil langka yang dipamerkan, fosil tersebut adalah Duboisia Santeng. Fosil ini merupakan bagian dari bovidae endemik Jawa yang hidup kala pleistosen. Hewan herbivora ini postur tubuhnya hanya seperti kambing atau domba. Namun skearang morfologinya seperti antelop jawa. Hewan ini dijadikan indikator penanggalan di zaman plestosen tengah oleh para ahli. Hal ini karena Duboisia hidup di jawa pada era 1.000.000 tahun yang lalu. Jenis fauna ini telah punah, dan fosilnya ditemukan oleh warga pada tanggal 13 Maret 2019 di Desa Karaban Patiayam dititik koordinat S06 derajat 46.942 E110 derajat  56.290 Desa Terban dan fosil ini menjadi koleksi di rumah fosil Patiayam. Aji Kurniawan petugas Museum Patiayam yang kebetulan menunggu stan pameran Museum Purbakala Patiayam di Gor Bung Karno mengatakan, memang fosil jenis Duboisia jenis langka. Jarang ditemukan untuk fosil jenis tersebut. “Jarang ditemukan. Langka sekali di museum, kami hanya ada sekitar dua sampai tiga saja. Bahkan di Jawa Tengah mungkin hanya ada di Patiayam,” katanya, Sabtu (22/6/2019). Ia mengatakan, menurutnya, selama ini di perbukitan Patiayam banyak ditemukan fosil seperti banteng, rusak, gajah, dan hewan laut. Untuk fosil seperti antolop Jawa itu masih terbilang langka. “Kebanyakan fosil gajah, banteng, rusa, dan hewan laut seperti kerang,” ungkapnya. Lebih lanjut, ditambahkan pada pameran yang digelar selama lima hari ini. Pihak Museum Patiayam memamperkan beberapa fosil. Tercatat ada puluhan fosil yang dipamerkan. Mulai dari fosil hewan laut sampai dengan hewan darat. “Ada fosil gading gajah, rusa, kepala rusa, kerang, dan tadi ada antolop jawa,” bebernya. Salah satu pengunjung asal Jepara Martinus mengaku rela datang jauh-jauh untuk menyaksikan pameran tersebut. Menurutnya, melalui pameran itu dapat menambah wawasan baru tentang sejarah. “Baik, untuk mengenal mengetahui masa lampu. Mengetahui sejarah nenek moyah jaman praaksara dahulu,” terangnya. Senada juga diungkapkan, salah satu pelajar Muhammad Ulil Saifi. Menurutnya, ia bersama teman-temannya untuk datang menyaksikan pameran museum keliling. Selain menimba ilmu tentang sejarah, menurutnya juga bisa sebagai ajang untuk berekreasi. “Tadi sempat melihat pameran hewan purba. Menarik, bisa menambah wawasan dan pengetahuan,” terangnya.   Reporter: Dian Utoro Aji Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar