Jumat, 29 Maret 2024

Berlantai 2, Begini Penampakan Rumah Wanita Pengamen yang Diamankan Satpol PP Kudus

Dian Utoro Aji
Selasa, 21 Mei 2019 11:19:00
Seorang warga melintas di depan rumah Wulan, wanita pengamen yang terjaring razia Satpol PP Kudus. (MURIANEWS.com/Dian Utoro Aji)
MURIANEWS.com, Kudus – Satpol PP Kabupaten Kudus mengamankan seorang pangamen yang kedapatan membawa uang jutaan rupiah saat razia PGOT. Pengamen cantik bernama Wulan beralamat di Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae Kudus itu ternyata memiliki rumah berlantai dua. Lantas bagaimana penampakannya? MURIANEWS.com mencoba untuk menelusuri di kediamannya di Desa Ngembalrejo untuk mencari kebenarannya. Baca Juga: Dari informasi Satpol PP, Wulan tinggal bersama dengan keluarganya di RT 2 RW 1 Desa Ngembarejo. Tak berselang lama ketemu di kediamannya. Di depan rumah tampak dari luar bangunan bertingkat dua belum rampung. Di depan rumah terdapat barang bekas yang kemungkinan milik Wulan untuk dijual. Sesampai di rumah milik Wulan, kami disambut sang ayah Wulan bernama Efendi (76) tahun. Efendi yang merupakan tunanetra pun membenarkan rumah yang dihuni adalah rumah putrinya Wulan, yang sempat diamankan Satpol PP untuk diberi pembinaan. ”Iya ini rumah Wulan. Kami tinggal di sini,” katanya. Ia menjelaskan, rumah lantai dua yang ditempati sebetulnya belum jadi. Saat ini hanya lantai satu yang ditempati. Itupun hanya berupa ruang tamu. Sementara lantai dua baru separuh. [caption id="attachment_164983" align="aligncenter" width="720"] Satpol PP Kudus mengamankan Wulan, wanita pengamen yang kedepatan membawa uang jutaan rupiah. (MURIANEWS.com/Dian Utoro Aji).[/caption] ”Ukurannya 6x7. Saya beli Rp 20 juta 2010 lalu. Tapi sekaramng sudah dibangun rumah tingkat 2. Cuman, yang atas baru separuh, bawah ruang tamu. Ini hasil saya dan Wulan bekerja,” katanya. Ketika disinggung terkait pekerjaan Wulan sebagai pengamen, Efendi pun mengaku sudah tahu. Menurutnya, Wulan merupakan anak tunggal yang pekerja keras. Wulan sendiri sudah bekerja di lampu merah Ngembal sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. “Kelas 6 SD ndak mau sekolah. Dia memilih untuk bekerja. Pilih cari uang,” katanya kepada awak media. Ia mengatakan, berbagai pekerjaan di lampu merah dikerjakan anaknya itu. Mulai dari bersih-bersih kaca kendaraan roda empat, ngamen, menyemprot kaca kendaraan saat hujan, hingga menjadi pemulung. “Kalau bekerja mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB,” ungkapnya. Setiap harinya, penghasilan Wulan tak menentu. Pendapatan yang didapatkan mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu perharinya. “Kalau ramai ya bisa lebih Rp 200 ribu. Tapi kalau sepi Rp 50 ribu. Selain itu juga kalau musim rambutan, Wulan juga jual rambutan,” katanya. Lantas tak heran, apabila Wulan yang kini juga sudah bersuami dan memiliki satu anak berusia 5 tahun itu memiliki uang banyak. Jerih payah Wulan bisa untuk menghidupi keluarga, ayah, ibu dan anaknya semata wayang. Bahkan, hasil jerih payahnya bisa untuk membangun rumah. “Aslinya saya kan bukan orang Kudus. saya orang Pekalongan. Dulunya di Kudus awalnya kontrak. Kemudian tahun 2010 beli tanah ini harganya Rp 20 juta. Ukurannya 6x7 meter yang dibangun menjadi rumah,” katanya. Sebagai orang tua, Efendi mengaku khawatir anaknya bekerja di lampur merah. Hanya, Wulan bersikukuh untuk bekerja di lampu merah. “Suaminya juga melarang. Suaminya kan orang Demak, kerjanya juga serabutan. Tapi, Wulan tetap ngotot kerja di lampu merah,” jelasnya.   Reporter: Dian Utoro Aji Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar