Kamis, 28 Maret 2024

Pantau Keliling TPS Naik Sepeda, Ganjar Salat Sunah Sebelum Nyoblos

Murianews
Rabu, 17 April 2019 12:23:54
Ganjar dan keluarga mencoblos di TPS 1 Gajah Mungkur Semarang. (MURIANEWS.com
MURIANEWS.com, Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama istri dan anak semata wayangnya, Muhammad Zinene Alam menggunakan hak pilih di TPS 1 Kelurahan Gajah Mungkur, Kota Semarang, Rabu (17/4/2019). Ganjar datang naik sepeda bersama rombongan anggota komunitas gowes. Keluarga ini kompak mengenakan baju putih dan celana jins datang ke TPS. Mereka berangkat dari kediamannya pukul 7.20 WIB. Setibanya di TPS, Ganjar langsung dikerumuni warga yang sudah ramai di lokasi. Mereka berebut untuk bersalaman dan foto bersama orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Setelah proses pendaftaran, Ganjar dan keluarga dipanggil untuk proses pencoblosan. Dengan tenang, pria berambut putih itu mengambil kertas suara dan menuju ke bilik suara. [caption id="attachment_162558" align="alignleft" width="1920"] Ganjar bersepeda keliling TPS untuk melakukan pemantauan bersama komunitas sepeda. (MURIANEWS.com)[/caption] Sebelum mencoblos, Ganjar menunjukkan dahulu surat suara kepada awak media. Tidak lebih dari dua menit, Ganjar telah selesai menunaikan kewajibannya sebagai warga negara. Setelah itu, dengan berdoa ia memasukkan satu persatu surat suara yang telah dicoblos. Ganjar menyelesaikan proses dengan mencelupkan jarinya ke tinta dan menunjukkan ke masyarakat. Setelah itu, ia menyalami semua warga dan petugas TPS sambil mengucapkan terimakasih. Ganjar mengaku sebelum mencoblos ia belum sarapan. Namun ia telah salat sunnah sebelum berangkat nyoblos. “Tadi salat sunah sebelum berangkat, untuk mendoakan agar Jawa Tengah aman,” kata Ganjar. Dalam kesempatan itu, Ganjar berharap partisipasi masyarakat dalam pemilu tahun ini meningkat. Dengan gegap gempita yang luar biasa dan pancingan-pancingan partisipasi yang marak di media sosial, diharapkan masyarakat berbondong-bondong datang ke TPS untuk menunaikan kewajibannya. "Apalagi, dengan meriahnya kampanye terbuka kemarin, saya harap ini semakin meningkatkan partisipasi masyarakat untuk nyoblos," imbuhnya. Ia juga berpesan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga ketenangan dan kedamaian. Kalah dan menang itu hal yang biasa, masyarakat tidak perlu berlebihan menanggapinya. "Menang kalah biasa, kita sudah terbiasa, jangan sampai terjadi hiruk pikuk mengerikan, menyeramkan atau menakutkan. Ini proses lima tahunan, pasca reformasi kita sudah berkali-kali pemilu. Mari kita dewasa bareng-bareng, demokrasi jadi satu pilihan, mari kita laksanakan dengan damai," terangnya. Usai nyoblos, Ganjar mengantar teman-temannya dari komunitas Goweser untuk nyoblos di TPS masing-masing. Hal itu ia lakukan sekaligus untuk memantau jalannya proses pencoblosan di sejumlah TPS di Kota Semarang seperti TPS 12 dan 14 Kelurahan Bendan Ngisor Gajahmungkur dan TPS 40 Kelurahan Gajahmungkur. Sementara itu, putra semata wayang Ganjar, Muhammad Zinedine Alam Ganjar, yang baru kali pertama menggunakan hak pilihnya mengaku sempat ada rasa canggung saat mau nyoblos. "Ini pengalaman pertama saya nyoblos di Pemilu. Kesannya ya gimana ya, seperti mau berangkat sekolah di hari pertama, ada rasa canggung. Tapi setelah tiba di lokasi, rasanya asyik dan menyenangkan," ucap Siswa SMAN 3 Kota Semarang ini. Alam mengatakan, sebagai warga negara yang baik, ia menunaikan kewajibannya untuk berpartisipasi dalam pemilu. Baginya, golput itu bukan pilihan, sehingga ia berusaha untuk berpartisipasi dalam menentukan nasib bangsa, lima tahun ke depan. "Saya juga berpesan kepada teman-teman generasi millenial untuk melek politik. Golput itu tidak baik, banyak orang yang berusaha mempengaruhi anak muda untuk golput, padahal itu justru solusi yang salah karena hak suara kita bisa diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab," ucapnya. Disinggung apakah ia diarahkan untuk menentukan hak politiknya, Alam membantah. Menurutnya, yang namanya demokrasi adalah kebebasan menentukan pilihan masing-masing. "Tentu saya datang dengan pilihan sendiri, tidak ada arahan dari orang tua. Perbedaan pilihan itu ndak masalah, tapi saya tidak mengatakan keluarga saya berbeda ya, itu ndak masalah. Justru ini menandakan indonesia punya politik yang sehat, ada keseimbangan di dalamnya sehingga demokrasi benar-benar berfungsi," pungkasnya.(lhr)   Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar