Jumat, 29 Maret 2024

Sambil Serahkan Bisyarah, Ganjar Ajak Guru Ngaji jadi Relawan Tangkal Hoaks

Murianews
Sabtu, 6 April 2019 19:24:55
Ganjar Pranowo bersama guru ngaji di Purworejo. (MURIANEWS.com)
MURIANEWS.com, Purworejo – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerahkan insentif atau bisyaroh kepada seribu guru ngaji di Kabupaten Purworejo, Sabtu (6/4/2019). Dalam pertemuan yang digelar di Ponpes Nuril Anwar, Maron, Purworejo itu, para guru ngaji ini sepakat menjadi relawan penangkal hoaks. Mereka siap menjadi garda terdepan penangkal hoaks melalui pendidikan karakter sejak dini. Pasalnya, hoaks telah menyebar ke berbagai lapisan, termasuk ke lapisan santri. "Sebenarnya seribu guru ngaji ini mampu untuk mengurangi dan memagari tindakan-tindakan hoaks yang membikin kebencian dan membikin kemarahan. Kalau orang habis ngaji hatinya seneng mendapatkan pencerahan berarti ngajinya bener. Tapi kalau habis ngaji kok emosi, hanya pengen perang dan marah-marah, patut dipertanyakan itu," kata Ganjar. Ia menyebut, guru ngaji bisa menjadi tameng untuk menjaga para santri dari sebaran berita hoaks. Dan jika bisa berjalan, kata Ganjar, kehidupan bermasyarakat lebih tenang, anak lebih berkarakter, orang lebih hati-hati dan anak-anak bisa berkembang dengan sangat waras. "Agar anak kita cerdasnya itu komplit, bukan sekadar cerdas intelektual tapi emosional," ujarnya. Ganjar juga menyebut sangat memperhatikan kesejahteraan guru ngaji. Salah satunya dengan memberikan insentif yang langsung ditransfer ke rekening penerima. Tahun ini menurut dia, ada 171.131 guru TPQ, madin dan ustaz pondok pesantren yang mendapat insentif. Total dana yang disiapkan Pemprov Jateng mencapai Rp 205 miliar. Harapannya dengan pemberian insentif itu, guru ngaji akan lebih meningkatkan kualitas dirinya. Selain itu menurut dia, pemberian insentif ini merupakan perwujudan janji kampanye Ganjar Pranowo dan Taj Yasin ketika memenangi Pemilihan Gubernur Jateng 2018. Sebelumnya, pemberian insentif telah dilakukan di Kabupaten Pati kepada 5000 guru ngaji, guru madrasah diniyah, dan pondok pesantren. "Guru ngaji itu perlu perhatian. Kalau semua wilayah bisa memberikan seperti ini mudah-mudahan guru ngaji akan merasa lebih terhormat," kata Ganjar. Basuki Rahmat, guru ngaji dari Winong Purworejo membenarkan pernyataan Ganjar. Ia mengaku sering mendapatkan aduan santri tentang makna dan cara menangkal hoaks. "Santri kami ada yang beranjak SMA, mulai kritis dan menanyakan, hoaks itu apa, pak?. Hoaks itu, jika di media sosial ada yang menjelek-jelekkan orang lain, jangan langsung diterima. Jangan diterima mentah-mentah, tapi digodog dulu dengan bertanya pada kiai. Selanjutnya jangan dibagi atau dikirimkan ke yang lain, stop," katanya. (Lhr)   Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar