Kamis, 28 Maret 2024

Keren! Meski Tak Tamat SD Warga Banjarnegara Ini Mampu Ciptakan Deteksi Longsor Canggih

Murianews
Senin, 18 Februari 2019 11:47:06
Sudarsono dengan alat EWS longsor ciptaanya. (MuriaNewsCom)
Murianews, Semarang – Sebuah alat early warning system (EWS) longsor menarik perhatian Kepala BNPB Letjen Doni Manardo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Alat itu bernama Elwasi yang merupakan buatan warga Desa Kalimandi, Kecamatan Klampok, Banjarnegara. Dua pejabat ini terkesima melihat peragaan alat tersebut saat menghadiri rakor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Rabu (13/2/2019) lalu. Nama Elwasi yang disematkan pada alat itu ternyata juga ada kepanjangannya. Yakni Eling, Waspada lan Siaga. Yang bikin para pejabar ini terkejut adalah sosok yang membuatnya. Orang pasti membayangkan sosok yang mampu membuat alat canggih ini pasti jebolan universitas terkenal. Namun siapa sangka, Sudarsono (45) pembuat alat ini tak pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan sekolah dasar (SD) pun ia tak lulus. Meski demikian pria yang kini mengabdikan diri sebagai staff di BPBD Banjarnegara ini mampu membuat alat yang mampu mendeteksi pergerakan tanah. Alat ini sangat bermanfaat bagi warga yang tinggal di daerah-daerah rawan longsor. Alat ini dapat menyala dan memberi peringatan ketika ada pergerakan tanah yang berpotensi terjadinya longsor. "Saya sehari-hari di BPBD Banjarnegara. Ide awal membuat alat ini karena keprihatinan saya, masih banyak daerah rawan longsor yang belum dipasang EWS," kata Sudarsono. Ia menyebut, sebelum mencoba membuat alat ini ia telah mencermati sejumlah EWS longsor yang terpasang di beberapa tempat. Dengan mengamati itu, dia berpikir bahwa dirinya mampu membuat alat serupa, dengan bahan baku yang lebih murah. "Sehingga dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat. Lalu pada 2017, saya mulai mencoba membuat alat ini," terangnya. Sudarsono mengaku membuat alat itu hanya dengan mengandalkan insting dan otodidak. Berbekal kemampuannya memperbaiki alat-alat elektronik, akhirnya dia mampu menciptakan alat tersebut dengan biaya tidak lebih dari Rp 5 juta. "Saya ndak punya ijazah, SD saja tidak lulus. Namun, dulu saya pernah mengabdi di rumah Pak Carik (sekretaris desa) di desa. Nah anaknya itu sekolah di jurusan elektronik. Saya sering diminta membantu memperbaiki berbagai peralatan elektronik, jadi sedikit-sedikit paham," katanya. Berbekal pengalaman itu, dia membuka bengkel elektronik kecil-kecilan di rumahnya. Dari ilmu yang didapat secara otodidak itu, dia memahami dunia elektronik dan merasa yakin bisa membuat alat tersebut. Termasuk pembuatan Elwasi pun dilakukan dengan alat-alat sederhana di rumahnya yang biasa dia gunakan untuk memperbaiki peralatan elektronik. "Ternyata tidak sulit, bahan bakunya juga bisa menggunakan yang ada di desa-desa saya, jadi harganya murah," imbuhnya. Meski sederhana, namun alat buatan Sudarsono tersebut mendapat apresiasi banyak pihak. Bahkan, di ajang lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Kreanova) yang digelar Pemkab Banjarnegara, alat yang diciptakan Sudarsono itu berhasil menyabet juara satu. "Setelah itu, saya semakin termotivasi untuk menyempurnakan alat ini. Sekarang saya sudah membuat lima alat, beberapa sudah dipasang di daerah rawan bencana. Ada yang di Banjarnegara, ada pula yang di Sukabumi," ujarnya. Dia menambahkan, Elwasi ciptaannya dibuat dari beberapa komponen. Seperti panel yang disambungkan dengan accu (baterai), kemudian di bagian atas ada panel tenaga surya sebagai sumber energi. Pada alat tersebut juga terdapat tali yang dipasang di tanah yang rawan longsor. Selain itu, ada lampu dan speaker sirene di bagian atas alat tersebut. "Cara kerjanya, alat ini dipasang di daerah rawan dengan tali dibentangkan di tanah yang rawan longsor. Saat tanah bergerak, tali akan tertarik dan sirene akan berbunyi. Suara akan terdengar sekitar satu kilometer, sehingga kalau mendengar suara sirene, maka dipastikan ada pergerakan tanah dan masyarakat sekitar bisa langsung menyelamatkan diri," paparnya. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar