Jumat, 29 Maret 2024

Tak Hanya Lihai Jadi Tukang Pijit, Nurhadi Si Capres Fiktif Ternyata Banyak Prestasi di ORARI

Dian Utoro Aji
Rabu, 23 Januari 2019 12:32:26
Nurhadi menunjukkan sertifikat ORARI di kediamannya di Desa Golantepos RT 6 RW 4 Kecamatan Mejobo beberapa waktu lalu. (MuriaNewsCom/Dian Utoro Aji)
Murianews, Kudus – Akhir-akhir ini di dunia maya atau diberbagai media tak asing dengan sosok Nurhadi. Calon presiden fiktif itu menjadi terkenal semenjak viral di media sosial beberapa waktu lalu. Namun siapa sangka, sosok capres yang diusung koalisi tronjal tronjol maha asik selain tukang pijet ternyata juga seorang yang suka cuap-cuap di radio. Hal itu terbukti dengan keikutsertaan menjadi anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Nurhadi warga Desa Golantepos RT 6 RW 4 Kecamatan Mejobo aktif menjadi anggota ORARI sejak tahun 2000 lalu. Nurhadi mendapat nama panggilan YD2GXH-Nurhadi. Tak sampai di situ, ternyata keikutsertaan menjadi anggota ORARI membuahkan banyak prestasi. Di ruang tamu rumah Nurhadi banyak penghargaan yang dipajang. Mulai dari piala penghargaan hingga piagam yang jumlahnya 20-an. “Saya ikut menjadi anggota ORARI sejak tahun 2000 lalu. Kurang lebih selama 18 tahun. Sudah ke mana-mana kalau ada kegiatan ORARI,” katanya. [caption id="attachment_155691" align="alignnone" width="665"] Nurhadi menunjukkan prestasi yang ditempel di dinding rumah selama 18 tahun bergabung dengan ORARI. (MuriaNewsCom/Dian Utoro Aji)[/caption] Macam-macam kejuraan baik dari lokal hingga nasional pernah ia raih. Seperti Juara satu tingkat nasional di ajang Jakarta Amateur Radio Fair 2016. Kemudian juara II Lomba Eyeball Qso di Ancol Jakarta. “Lalu pernah ikut Lomba Eye Ball QSO Tingkat Nasional menjadi juara satu, pernah juga juara 1 Munasik dan Orari 2003 All Indonesia Amateur Radio Festival di Taman Pandaan Jawa Timur tahun 2003,” ujar capres fiktif. Dari hasil prestasi itu ia mengaku sudah melakukan interaksi dengan orang diberbagai penjuru kota hingga luar negeri. Meskipun hanya melalui radio. “Kalau teman-teman banyak. Seperti dari Semarang, dari Kalantan, bisa sampai luar negeri. Ya, hanya melalui radio itu,” jelasnya. Meskipun keterkenalan di udara dan media sosial tidak lantas membawa perubahan berarti bagi kehidupan Nurhadi. Beda dengan dunia nyata, warga di sekitar rumah dan pasar tidak banyak yang mengetehui tentang Nurhadi. “Dari dulu teman saya banyak. Yang tahu ketawa-ketawa aja. Sing penting saya asyik, temen-temen asyik keluarga asyik semua,” tutupnya. Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar