Jumat, 29 Maret 2024

Tujuh Mata Air di Kudus Akan Jadi Kawasan Lindung Geologi

Anggara Jiwandhana
Selasa, 8 Januari 2019 14:58:34
Mata air Rejenu di Desa Rahtawu akan menjadi kawasan geologi. (Dok. MuriaNewsCom)
Murianews, Kudus - Sejumlah mata air yang ada di Kabupaten Kudus diusulkan masuk kawasan lindung geologi. Usulan ini disampaikan dalam revisi Perda Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW). Ketujuh mata air ini adalah Rejenu di Desa Japan, Bunton di Desa Rahtawu, Kaliyitno di Desa Ternadi, Tanjungrejo di Desa Tanjungrejo, Menawan di Desa Menawan, Asem Doyong di Desa Gondoharum, serta Wonosoco, Kecamatan Undaan. Pelaksana tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Heru Subiyantoko menjelaskan kawasan lindung geologi yang dimaksud adalah berupa area yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan lindung geologi sendiri terdiri dari kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air. "Itu nanti akan masuk dalam kawasan revisi Perda RTRW,"kata Heru. Heru merinci, kawasan imbuhan air tanah berupa cekungan air tanah ini berada di Kecamatan Jekulo, Dawe, dan Gebog. Sedangkan sempadan mata air adalah kawasan dengan jarak 200 meter di  sekeliling mata air yang ada di luar kawasan pemukiman dan 100 meter sekeliling mata air dalam kawasan. "Tujuh mata air tadi masuk kategori tersebut," jelasnya. Sebelumnya, Bupati Kudus HM Tamzil mengatakan akan melakukan berbagai upaya untuk penyelematan belasan mata air di Kudus, salah satunya ada di rangkaian Pegunungan Muria. Penyelamatan dilakukan dengan menghijaukan kembali kawasan di sekitar mata air. Menurutnya, penyelamatan sumber daya air (SDA) dengan segala komponennya harus dilakukan sesegera mungkin. “Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menjaga sekaligus melestarkian mata air yang ada di Pegunungan Muria,” ucapnya. Tamzil mengatakan pihaknya telah memusatka perhatian pada kawasan atas atau lereng Pegunungan Muria. Hal ini dikarenakan kondisi di kawasan atas akan sangat mempengaruhi lingkungan di bawahnya. “Bila kawasan atas tidak lestari, nanti memicu berbagai potensi bencana alam misalnya banjir dan tanah longsor,” tandas Tamzil. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar