Direktur Jenderal SDA, Hari Suprayogi mengatakan Bendungan Logung merupakan salah satu dari 65 bendungan yang dibangun oleh Kementerian PUPR. Pembangunan Bendungan Logung membutuhkan waktu sekitar 5 tahun.
“Dimulai sejak tahun 2014 dengan jangka waktu pelaksanaan 1.460 hari kalender hingga 2018 dengan nilai kontrak Rp 620 miliar. Dibangun oleh KSO antara PT Wijaya Karya dan PT. Nindya Karya,” jelasnya.
Ia mengatakan bendungan ini memiliki tinggi 55 meter dan panjang 350 m. Bendungan Logung mampu menampung air sekitar 20,15 juta m3, dengan volume efektif sebesar 13,72 juta m3.
“Bendungan Logung direncanakan dapat memenuhi kebutuhan air irigasi untuk lahan potensial maksimal 5.296 ha yang terdiri dari luas irigasi eksisting 2.805 ha dan irigasi pengembangan 2.491 ha di wilayah Kabupaten Kudus serta peningkatan produktivitas tanaman padi,” katanya.
Selain itu juga, menurutnya bendungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 200 liter/detik di perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Kudus. Serta pengendalian banjir dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro sebesar 0,50 MW .
“Kabupaten Kudus sendiri memiliki masyarakat yang hidup dari pertanian dan industri yang sangat membutuhkan air untuk keperluan pertanian maupun air baku untuk air minum, “ jelasnya.
Dengan demikian, bendungan ini dapat mengurangi banjir di wilayah Kabupaten Kudus dan sekotarnya. Sementara pada saat musim penghujan dapat mengaringi persawahan petani di Kabupaten Kudus.
“Sementara di saat musim kering Kabupaten tersebut sering mengalami kekeringan dan saat musim hujan mengalami kebanjiran akibat meluapnya sungai di pegunungan Muria. Dengan adanya bendungan yang terletak di lokasi lereng Muria diharapkan dapat mengurangi bencana banjir wilayah Kabupaten Kudus dan sekitarnya,” ungkapnya.
Bupati Kudus HM Tamzil menyambut baik dengan adanya Bendungan Logung. Apalagi bendungan logung dapat membantu pertanian dan juga mengurangi banjir di Kabupaten Kudus.
“Saya kira kami optimis Jekuloa ini sama dengan Undaan bisa melakukan musim tanam tiga kali dalam setahun. Saya anyem ini, karena nantinya ini juga dapat mengurangi wilayah banjir di Jekulo,” tambanya.
Editor: Supriyadi