Kamis, 28 Maret 2024

Mejobo Rawan Banjir, Begini yang Dilakukan Pemkab Kudus

Murianews
Jumat, 16 November 2018 15:00:24
Rakor penanganan banjir di Kecamatan Mejobo, Kudus. (MuriaNewsCom)
Murianews, Kudus – Kecamatan Mejobo mempunyai kerawanan banjir cukup besar. Terlebih daerah itu dialiri empat sungai besar dan 15 sungai kecil. Sehingga menjadikan seluruh desa di kecamatan ini sering digenangi banjir. Kondisi ini membuat Pemkab Kudus meningkatkan kewaspadaan, terutama di musim hujan. Untuk mengantisipasi banjir di kawasan ini, Bupati Kudus HM Tamzil dan Wabup Hartopo mengumpulkan camat bersama seluruh kepala desa di aula Kecamatan Mejobo, Jumat (16/11/2018). Rapat itu membahas persiapan untuk mengantisipasi daerah rawan bencana banjir di Wilayah Mejobo. Kegiatan itu juga dihadiri Asisten 1 Sekda, Agus Budi Satriyo, BPBD Kudus berserta Kepala OPD terkait. Camat Mejobo, Harso Widodo mengatakan, wilayah Mejobo merupakan 63 % sawah dan 37 % merupakan tanah pekarangan. Selain itu, Mejobo juga dialiri 4 sungai besar dan 15 sungai kecil. Menurut dia, beberapa titik sungai sudah dinormalisasi untuk persiapan menyambut musim hujan. Di antaranya tanggul Sungai Piji, Sungai Golangtepus, dan Sungai Jojo. "Semua desa di wilayah Mejobo merupakan wilayah terdampak banjir," ujarnya sambil menunjukkan peta genangan dan peta evakuasi. Peta ini dibuat atas perintah bupati setelah acara penutupan TMMD, selasa (13/11/2018) lalu. Tamzil mengapresiasi telah dibuatnya dua peta yaitu peta genangan dan peta evakuasi. Ia berpesan untuk melengkapi satu peta lagi, yaitu peta terdampak. Untuk itu, dia mengimbau kepada camat dan kades untuk memahami wilayahnya masing-masing yang rawan bencana dengan mengajak tokoh masyarakat pada rapat selanjutnya. Dengan begitu dapat menggerakkan peran masyarakat untuk kerja bakti di tanggul-tanggul yang rawan serta membersihkan “dangkel” pohon yang sekiranya menghambat aliran sungai. “Jumat depan warga diminta untuk membersihkan dangkel itu dulu saja, dan tanggul yang tipis,” pesannya kepada kepala desa. Ia menekankan, untuk mengutamakan penyelamatan jiwa ketika terjadi bencana banjir. “Penyelamatan jiwa dulu, itu yang paling penting. Terutama pada anak-anak dan perempuan, yang kedua penyelamatan benda-benda berharga seperti ijazah, sertifikat,” terangnya. Kemudian kebutuhan logistik yang harus disiapkan dalam menghadapi bencana banjir. Posko penanganan banjir juga harus disiapkan tahun ini untuk penganganan sementara, rencananya 2019-2020 akan ditangani jangka panjang dengan dibuat bendung-bendung kecil di sekitar Dawe dan Piji. Rencananya, akan dibentuk organisasi Emergency Center di bawah BPBD Kudus untuk mempercepat penanganan bencana di daerah Kecamatan. “Emergency center kita akan buat induknya di BPBD, cabangnya di kecamatan,” terangnya. Gagasan tersebut merupakan hasil kunjungan ke Sulawesi beberapa waktu lalu untuk mempelajari penanganan bencana dengan Emergency Center. Hartopo juga menyampaikan dua hal yang perlu diperhatikan mengenai penanggulangan bencana. Pertama, belum adanya gedung-gedung yang memadai sebagai pengungsian ketika terjadi bencana banjir. Terutama mengenai fasilitas dan kebutuhan bagi pengungsi berupa makanan dan obat-obatan. "Sebelum banjir kita semua harus tahu kondisi-kondisi wilayah rawan bencana, saya dulu turun ke lokasi tidak ada makanan, obat-obatan, bahkan dapur umum untuk pengungsi," ungkapnya. (nap) Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar