Jumat, 29 Maret 2024

Persaingan Kian Ketat, Furniture Jepara Butuh Penguatan SDM

Murianews
Selasa, 13 November 2018 19:35:35
Para pengusaha mebel mengikuti Diklat 3in1 teknik semprot, oles kiln dan draw Mill di hotel Syailendra Jepara, Selasa (13/11/2018). (Diskominfo Jepara)
Murianews, Jepara - Keberadaan industri mebel sekarang ini, mulai tersaingi pelaku usaha dari luar negeri. Untuk itu, perlu adanya penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang lebih berkompeten. Hal ini terungkap saat pembukaan Diklat 3 in 1 Teknik semprot, oles kiln dan draw mill, Selasa, (13/11), di Hotel Syailendra Jepara. Pelatihan ini digelar atas kerjasama Pusdiklat Kementerian Perindustrian dan Komite Pengembangan Pendidikan Vokasi Politeknik Negeri Industri Furniture dan Pengelolaan Kayu Kendal. “Tugas kami adalah menyiapkan, tenaga yang kompeten di seluruh sektor. Termasuk sektor industri furnitur. Salah satunya melalui pendidikan vokasi seperti sekarang ini,” kata Koordinator Pusdiklat Kementrian Perindustrian, Mujiono. Biasanya industri menjadi besar karena didukung dengan bahan baku yang besar. “Namun, ini tidak berlaku bagi Negara Vitenam, meskipun harus mengimpor bahan baku dari negara lain, namun industri mreka berkembang dengan pesat,” kata dia. Ketua Komite Pengembangan Pendidikan Vokasi Politeknik Negeri Industri Furniture dan Pengelolaan Kayu Kendal, Fernandus Arwin mengatakan, saat ini yang menjadi kendala industri meubel di Jepara, adalah proses produksinya belum efisien. Prosesnya masih berbiaya tinggi dan menggunakan teknik manual sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. “Jika dibandingkan dengan China, kita sudah kalah jauh. Sudah tidak bisa dibandingkan lagi. Tapi yang disayangkan, kita sudah kalah jauh dari Vietnam. Hasil ekspor mebelnya sudah 10 kali lipat dari kita.,” kata Dengan sistem industri yang efisien, lanjutnya, negara-negara itu bisa bisa memroduksi produk mebel berkualitas dan dengan jumlah yang lebih banyak. Padahal bahan baku kayu di Indonesia besar. Di sisi lain, tenaga manusianya juga banyak. “Tapi kita masih terus mengandalkan proses produksi manual,” tandasnya. Ia mengaku kagum dengan industri mebel di Jepara. Saat kali pertama berkunjung di Jepara pada 1984, industri mebel di tempat kelahiran RA Kartini ini dinilainya luar bisa. Tapi menurutnya, sejak tahun itu hingga hari ini belum banyak perubahan pola industri. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag) Jepara, Ratib Zaini mengemukakan, Pemkab Jepara sudah melakukan sejumlah upaya agar industri mebel di Jepara bisa maju. Salah satunya dengan menetapkan sejumlah desa sebagai sentra industri mebel dengan jenis masing-masing. Terbaru, Desa Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari ditetapkan sebagai sentra industri gebyok. “Sudah banyak pula mengadakan pelatihan bagi perajin. Juga mengirimkan perajin ke daerah lain untuk magang,” tambah Ratib. Pelatihan dengan materi teknik semprot, oles kiln dan draw mill itu sendiri dilakukan selama lima hari. Tiga teknik ini diberikan karena yang paling dibutuhkan oleh industri mebel saat ini. Sebanyak 60 peserta pelatihan akan didampingi pelatih yang merupakan praktisi di bidang masing-masing. (NAP) Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar