Kamis, 28 Maret 2024

33 Tahun Lalu, Sugiyanto Pertaruhkan Nyawa Selamatkan Borobudur dari Ledakan Bom

Murianews
Jumat, 9 November 2018 16:24:38
Stupa Borobudur hancur akibat ledakan bom. (dok. Tempo)
Murianews, Boyolali – Tak banyak orang di zaman milenial saat ini mengetahui, bahwa 33 tahun lalu sempat terjadi peristiwa besar yang menggegerkan. Salah satu situs warisan dunia, Candi Borobudur di Magelang dibom kelompok teroris. Peristiwa itu terjadi tepatnya pada 20 Januari 1985. Pelaku teror menempatkan 11 bom di stupa-stupa Candi Borobudur. Aksi teror itu terjadi untuk yang kedua kalinya di Indonesia setelah aksi sabotase pembajakan pesawat terbang Garuda DC 9 Woyla tahun 1981. Tepat pukul 01.00 WIB dini hari di Januari 1985, bom meledak. Suara begitu menggelegar. Satu persatu stupa hancur berkeping-keping. Namun masih ada dua bom yang belum meledak. Sekitar pukul 05.00 WIB, seorang personel Satbrimob Polda Jawa Tengah diperintahkan oleh Dansat Brimob Kolonel Pranoto (Kasat Brimob waktu itu) untuk mendatangi Candi Borobudur dan menjinakkan bom yang belum meledak. Anggota Brimob itu yakni Iptu (Purn) Sugiyanto. Saat itu ia berpangkat Serka. Putra kebanggaan Boyolali itu dengan berani mendatangi bom-bom yang belum meledak di Candi Borobudur. [caption id="attachment_151669" align="alignnone" width="715"] Anggota Brimob Polda Jateng mengunjungi Iptu Purn Sugiyanto (kiri duduk) untuk mendengar kisah insiprasi saat menyelamatkan Borobudur dari ledakan bom. (Tekkom Satbrimob Polda Jawa Tengah)[/caption]   Pria yang pada 1 Agustus 2018 lalu genap berusia 73 tahun ini melakukan aksi heroik dengan menjinakkan 2 bom yang ditemukan belum meledak dalam Operasi Pembersihan (Sterilisasi) lokasi Candi Borobudur. Dalam Operasi Pembersihan itu, Iptu (Purn) Puryanto beserta 1 tim Jihandak (sebutan tim jibom saat itu-red) dari Kompi 5155 Brimob Jogja menemukan 2 buah bom siap meledak. Pelaku teror sejatinya akan meledakkan 11 buah bom di Candi Borobudur. Pukul 08.00 WIB adalah tenggat waktu bom terakhir meledak. Sembilan buah bom sudah meledak dan 2 bom dapat diamankan oleh Iptu (Purn) Sugiyanto. Hebatnya, beliau melakukan penjinakan itu seorang diri. “Saat itu peralatan belum seperti sekarang. Berbekal seragam dinas Brimob dan tekad baja, saya melakukan aksi penjinakan bom itu. Dalam benak saya, hanya Allah yang dapat menyelamatkan nyawa saya kalau bom itu meledak ketika tengah saya tangani,” ucap Sugiyanto, dilansir dari Tribrata Polda Jateng, Jumat (9/11/2018).   Kehilangan Dua Tangan dan Buta Dalam proses penjinakan bom itu, Sugiyanto hanya membawa sebuah tool kit standar operator penjinak, selimut bom, dan sebuah metal detector. Tidak ada Xray seperti saat ini, yang dapat menembus sekat. Sehingga benda yang ada di dalamnya dapat dideteksi. “Pada waktu itu, bom terbungkus kertas tebal dengan perekat lakban. Seingat saya, benda itu cukup besar. Saya tidak bisa mengetahui apa isi di dalamnya,” terangnya. Ia bercerita, bom yang berhasil dijinakkanya berupa dinamit dengan berat sekitar 1 kg. Dinamit itu dilengkap dengan sebuah inisiator, 2 baterai dan sebuah timer. Tanpa body protector dan peralatan canggih, Sugiyanto berhasil mencegah 2 stupa luluh lantah karena ledakan. Atas jasanya ini, Sugiyanto mendapatkan penghargaan dari Kapolri berupa kesempatan untuk melanjutkan jenjang karier menjadi seorang perwira Polri. Namun nasib nahas menimpa Sugiyanto. Saat memimpin tim jibom melaksanakan peragaan peledakan bom di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang terjadi kecelakaan. Sugiyanto kehilangan kedua tangannya dan matanya pun menjadi buta. Kini, Sugiyanto telah purna tugas. Di masa senjanya, bapak 4 orang anak dan 7 orang cucu dengan keterbatasan fisik ini mengaku tak menyesal apa yang dialaminya. “Jangan memikirkan pamrih, hanya atas dasar pengabdian kita bertugas sebagai seorang Brimob Polri. Dirgahayu Korps Brimob Polri Ke-73. Jaya selalu,” pungkasnya. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar