Selasa, 19 Maret 2024

Manfaatkan Abu Sekam Padi, Siswa SMA PGRI 2 Kayen Ini Juara 3 Olimpiade Sains di Brazil

Cholis Anwar
Rabu, 31 Oktober 2018 12:01:57
Agung Kusuma Jaya, siswa SMA PGRI 2 Kayen diarak berkeliling kecamatan Kayen karena berhasil meraih juara tiga di ajang sains terapan Internasional di Brazil. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)
Murianews, Pati - Pemanfaatan abu sekam padi bekas pembakaran batu bata yang ditemukan oleh Siswa SM PGRI 2 Kayen, Agung Kusuma Jaya ternyata mampu menyabet juara tiga dalam ajang olimpiade sains terapan internasional MOSTRATEC 2018 yang digelar di Brazil beberapa waktu lalu. Abu sekam itu ia olah dan digunakan untuk pelapis lambung kapal. Agung mengatakan, dalam kejuaraan itu dia sengaja mengikutkan temuannya berupa pelapis lambung kapal dari abu sekam padi. Awalnya, ia mendapati banyaknya pemilik kapal yang mengalami kendala lantaran lambung kapalnya mengelupas. “Dari situ saya mencari referensi untuk dapat menemukan solusinya. Hasilnya saya mendapati perlu ditambahkan filler dari silica abu sekam padi. Kami memilih abu sekam padi selain kandungan silicanya cukup tinggi, juga karena bahan bakunya cukup banyak di Pati. Karena selama ini hanya dibuang-buang saja,” terangnya, Rabu (31/10/2018) Dia juga mengaku bersyukur berhasil membawa pulang medali dalam ajang bergengsi tingkat internasional yang digelar di Brazil tersebut. Padahal diakuinya dalam event tersebut saingannya tercatat cukup berat. “Ada lebih dari 870 project yang disertakan dari 22 negara yang tersebar di seluruh dunia. Maka dari itu saat berhasil meraih juara ketiga sangat bersyukur. Padahal tim yang berasal dari Amerika, Jerman, dan Perancis begitu hebat-hebat,” imbuhnya. Sementara itu, Kepala Sekolah SMA PGRI 2 Kayen, Surata mengapresiasi prestasi yang diraih siswanya tersebut. Dia berharap prestasi yang diraih Agung bisa memotivasi siswa lainnya untuk terus mengembangkan potensinya. “Kami bersyukur sejak 2013 memang selalu bisa tampil dalam ajang sains terapan internasional dan bisa dipertahankan hingga 2018 ini meskipun masih ada sejumlah kendala seperti keterbatasan alat penguji tingkat tinggi dan harus mengujikannya ke ITS, Undip maupun di tempat lain yang memang memilikinya,” tandasnya. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar