Murianews, Pekalongan – Seorang guru SD bernama Kusmono (35) warga Desa Sawangan, Kecamatan Doro, Pekalongan, tewas tertembak. Pelakunya adalah seorang pemburu, yang bersama korban sama-sama tengah berburu ayam hutan.
Korban tertembak senapan angin. Peluru mengenai pelipis mata, dan karena pendarahan yang parah korban akhirnya menghembuskan nafas setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (25/10/2018) petang. Kasubbag Humas Polres Pekalongan Iptu Akrom mengatakan, kejadian itu diketahui menjelang maghrib sekitar pukul 17.30 WIB.
Saat itu, pelaku yang diketahui bernama Ilyas (35) warga Dukuh Sindang, desa Banjarsari, Kecamatan Talun, Pekalongan, berteriak minta tolong warga karena temannya tertembak.
Dari keterangan Ilyas, diketahui jika saat itu, ia bersama korban bersama-sama tengah berburu ayam hutan di kawasan Dukuh Silempe, Desa Dororejo, kecamatan Doro, Pekalongan.
”Untuk mencari ayam alas (ayam hutan) harus diintai dari atas pohon. Pelaku (Ilyas) bertugas mengintai dari atas pohon durian, supaya mudah untuk menembak buruan,” katanya, Jumat (26/10/2018).
Setelah di atas pohon, Ilyas langsung melihat keberadaan ayam hutan di semak-semak. Ilyas pun langsung mengarahkan senapannya ke arah ayam hutan itu.
Namun saat pelatuk ditekan, ternyata peluru menyasar ke arah korban dan mengenai pelipis matanya. Korban langsung tersungkur, dan pelaku yang panik bergegas turun dari pohon dan berteriak minta tolong pada warga.
Tak butuh waktu lama, warga langsung bergegas memberikan pertolongan. Korban sempat dibawa ke puskesmas terdekat, namun karena luka yang cukup parah, korban dirujuk ke RSUD Kajen. Meski demikian, nyawa korban tak bisa diselamatkan.
Kasat Reskrim Polres Pekalongan, AKP Agung Ariyanto menyatakan, pihaknya langsung menangani kasus tersebut. Sejumlah saksi tengah dimintai keterangan, termasuk pelaku. “Untuk pelaku saat ini masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” terangnya.
Dengan peristiwa ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk ebrhati-hati menggunakan senapan angin. Sehingga kejadian serupa tidak akan terulang kembali.
Editor : Ali Muntoha