Jumat, 29 Maret 2024

Dewan Berharap Visi Berdikari Ganjar-Yasin Bisa Dibuktikan di Tengah Gejolak Dolar

Murianews
Rabu, 3 Oktober 2018 10:01:08
Chamim Irfani, Ketua Komisi B DPRD Jateng
Murianews, Semarang – Kalangan DPRD Jawa Tengah meminta pemerintahan Ganjar Pranowo-Taj Yasin segera merealisasikan visi yang mereka usung yakni “Berdikari” dengan program dan aksi nyata. Terlebih saat ini terjadi gejolak kurs dolar. Seperti diketahui, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin memiliki visi “Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari: Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah Chamim Irfani menyebut jika visi itu bagus. Namun menurutnya, harus ada pembuktian secara nyata dalam program tahunan pemimpin daerah. “Misalnya berdikari secara ekonomi dalam tindakan. Berarti melakukan penguatan dan berpihak kepada usaha kecil dan para petani,” katanya dalam pers rilis yang diterima MuriaNewsCom. Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyebut, perbandingan kurs dolar Amerika terhadap nilai rupiah masih tinggi. Hal ini bisa memengaruhi naiknya harga kebutuhan pokok di Jawa Tengah. “Apalagi selisih ekspor-impor kita masih cukup tinggi,”ujarnya. Ia memaparkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut, nilai ekspor Jawa Tengah bulan Agustus 2018 mencapai US$ 575,60 juta. Jumlah itu mengalami penurunan sebesar 4,28 persen dibanding ekspor Juli 2018 sebesar US$ 601,33 juta. Di sisi lain, nilai impor Jawa Tengah bulan Agustus 2018 justru mencapai US$1.548,79 juta. Atau mengalami peningkatan sebesar 18,71 persen disbanding impor Juli 2018 sebesar US$ 1.304,64 juta. “Angka-angka tersebut menunjukkan ketergantungan terhadap komoditas impor masih tinggi,” kata mantan ketua DPC PKB Kabupaten Boyolali ini. Ia menambahkan, keberadaan industri kecil menengah (IKM) di provinsi ini terus mengalami fluktuasi. Dia menyebutkan pada tahun 2014, jumlah IKM mencapai 320.014 unit, namun menurun pada tahun 2015 menjadi 312.110 unit. “Tahun berikutnya naik dan turun lagi. Padahal IKM ini merupakan kekuatan perekonomian yang tentu harus didorong dan dilindungi keberadaannya,” paparnya. Di bidang pertanian, kata Chamim, nilai tukar petani (NTP) Jawa Tengah pada September 2018 memang sebesar 103,31 atau naik 0,79 persen dibanding NTP bulan sebelumnya yang sebesar 102,50. “Meski naik, ini juga fluktuatif. Apalagi dalam beberapa item NTP ada yang turun, seperti nilai tukar petani perkebunan rakyat turun 0,22 persen. Begitu pula nilai tukar petani peternakan turun 1,57 persen,” bebernya. Pertanian, menurut Chamim, juga harus dikuatkan. Sebab sebagian besar penduduk di provinsi ini menggantungkan hidupnya di bidang pertanian. “Hampir sepertiga tenaga kerja mempunyai pekerjaan utama di kategori pertanian,” sebutnya. Persoalan ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah juga harus mendapat perhatian. “Meski selama tiga tahun terakhir, ketimpangan pendapatan cenderung menurun, hal ini tetap harus jadi perhatian,” tandasnya. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar