Jumat, 29 Maret 2024

Petani Pati Tolak Kebijakan Impor Beras

Cholis Anwar
Selasa, 25 September 2018 12:59:48
Sebagian Petani Pati sudah mulai panen padi. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)
Murianews, Pati - Petani di Kabupaten Pati menyuarakan keluhannya terkait kebijakan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah. Mereka menilai, kebijakan tersebut tidak sesuai dengan kondisi pertanian selama ini. Mengingat, selama ini stok beras dari petani lokal masih lebih dari cukup. ”Seharusnya, pemerintah memperhatikn penyerapan beras lokal oleh bulog, sehingga hasil panen para petani bisa dibeli dengan harga yang layak,” kata salah seorang petani dari Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti Suprihadi. Ia menjelaskan, ketersediaan beras tak hanya bisa diukur dari cadangan beras yang berada di Gudang Bulog saja. Sebab, petani di pedesaan pun masih menyimpan gabah dan menunggu saat harga beranjak tinggi. ”Jadi fenomena ini sangat wajar. Seandainya petani masih enggan menjual dan menyimpan gabahnya di lumbung. Pasalnya, begitu panen raya, harga gabah jatuh. Mereka pun menunggu supaya harga gabah dan beras naik. Siapa yang mau jual gabah saat harganya rendah. Kalau sekarang, harga gabah sekitar Rp 5,2 juta per ton,” ujarnya, Selasa (25/9/2018). Dia menmabahkan, petani akan menjual gabahnya saat sudah memasuki musim tanam. Biasanya pada akhir tahun atau awal tahun. Karenanya, ia mengajak masyarakat tak risau dengan ketersediaan gabah di petani. Ia pun yakin, persediaan gabah di tingkat petani cukup untuk persediaan pangan nasional. Sementara itu, petani dari Desa Puncel, Kecamatan Dukuhseti Mualimin mengaku khawatir impor beras akan menyebabkan harga gabah dan beras lokal jatuh. Terlebih saat musim tanam ketiga (MT 3) biaya tanam dan perawatan hingga musim panen nanti tergolong tinggi. Mengingat, saat musim kemarau ini tanaman padi sangat bergantung terhadap suplai air. “Jika pada musim penghujan, baiaya pengelolaan sawah relait murah. Yakni kisaran Rp 8-9 juta per hektar sudah cukup per musim panen. Namun jika musim seperti ini, biaya tersebut bisa naik dua kali lipat. Kalau dihitung dari biaya pembenihan hingga panen nanti bisa mencapai Rp 20 juta,” tegasnya. Sepengalaman Mu’alimin, setiap kali ada kebijakan impor beras, para petani selalu terdampak. Seperti pada impor beras sebelumnya, harga gabah turun hingga Rp 1.000 per kilogram. “Kalau beras impor sampai masuk, otomatis harga akan jatuh,” sambungnya. Dia juga menerangkan, harga gabah Rp 5.200 per kilogram merupakan harga yang wajar. Tak tinggi, juga tak rendah. Biasanya petani akan menjual gabah saat kisaran harga gabah lebih tinggi. Pasalnya, petani pun mesti berhitung biaya produksi, mulai harga sewa lahan mempersiapkan benih, pengolahan lahan, penananaman, pemupukan, perawatan, hingga panen dan pascapanen. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar