Jumat, 29 Maret 2024

Keren! Aneka Produk Olahan Kelor Dipamerkan di Desa Ngawenombo Blora

Dani Agus
Senin, 30 Juli 2018 18:10:57
Sejumlah pengunjung sedang melihat aneka produk dari tanaman kelor yang ditampilkan dalam Festival Kelor 2018 di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Blora. (MuriaNewsCom/ Dani Agus)
Murianews, Blora - Bagi Anda yang ingin melihat berbagai hal yang berkaitan dengan tanaman kelor, ada baiknya datang ke Puri Kelorina di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Blora. Soalnya, di tempat ini sedang dilangsungkan Festival Kelor 2018 yang akan berlangsung hingga Selasa (31/7/2018) besok. Festival ini dibuka Wakil Bupati Blora Arief Rohman Jumat (27/7/2018). Dalam festival ini dipamerkan berbagai macam aneka produk olahan kelor terbaik dari seluruh nusantara. Beberapa jenis olahan kelor yang dipamerkan diantaranya adalah teh kelor, minyak kelor, tepung kelor, kosmetik berbahan dasar tepung kelor. Selain itu, ada berbagai jenis olahan makanan berbahan dasar kelor seperti mie ayam kelor, moringa shake jahe secang, kue kelor, coklat kelor, hingga kapsul kelor yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh. Festival ini diikuti ratusan keloris atau pengolah tanaman kelor yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Mereka sengaja datang dalam acara ini dan memamerkan seluruh hasil inovasi yang sudah dilakukan. Beberapa waktu lalu, keloris ini sudah datang ke Puri Kelorina. Tujuannya, untuk belajar mengolah tanaman kelor menjadi berbagai produk. Kali ini, mereka kembali lagi untuk mengikuti festival dan menunjukkan hasil yang didapat selama belajar di Puri Kelorina. “Beberapa tahun lalu, saya sudah pernah belajar disini. Sekarang saya datang lagi kesini untuk ikut festival sekaligus memperdalam ilmu dalam pengolahan tanaman kelor,” kata Beny, salah satu keloris asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (30/7/2018). Pemilik Puri Kelorina Desa Ngawenombo sekaligus owner PT Moringa Indonesia Ai Dudi Krisnadi menyatakan, pelaksanaan festival ini tidak hanya sekedar pameran produk olahan tanaman kelor saja. Selama festival juga ada beragam kegiatan demo. Seperti, cara pembuatan makanan dan minuman dari tanaman kelor, membuat kosmetik dari minyak biji kelor, temu usaha keloris nusantara, seminar, serta kunjungan ke kebun kelor organik hingga melihat pengolahannya. Menurut Dudi, salah satu latar belakang pengembangan tanaman kelor adalah gizi buruk yang menimpa banyak anak di Indonesia. Padahal 2030 nanti Indonesia mengalami bonus demografi. Agar generasi Indonesia bisa tumbuh sehat dan pintar, ia ingin mengenalkan tanaman kelor ini. “Kelor yang hanya sebagai tanaman liar untuk pakan ternak di Sulawesi dan Nusa Tenggara, serta dianggap tanaman dengan khasiat mistis di wilayah Jawa, ternyata mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Kami ingin berawal dari Blora ini, dunia akan tahu begitu besarnya khasiat kelor,” ungkap Dudi. Sementara itu, Wakil Bupati Arief Rohman menyatakan, festival kelor nasional perdana itu dinilai merupakan gebrakan luar biasa. Ia berharap, komoditas kelor nantinya bisa menjadi salah satu ikon Blora yang mendunia. “Kami mewakili Bapak Bupati sangat mengapresiasi terselenggaranya Festival Kelor 2018 ini. Terimakasih kepada Pak Dudi yang sudah mewujudkan mimpi besarnya mengharumkan nama Blora melalui tanaman kelor. Dari beliau ini sudah lahir banyak keloris yang kini menyebar di Indonesia bahkan dunia,” ujarnya. Disisi lain, lanjut Arief,  Desa Ngawenombo yang dahulu tertinggal dan letaknya pelosok, kini juga sudah berkembang. Banyak masyarakat bekerja dan berkecimpung di dunia perkeloran. “Akses jalan menuju Puri Kelorina sudah kita bangun sehingga seluruh tamu dari berbagai penjuru bisa datang dengan nyaman. Tolong nanti Pak Camat bisa mengusahakan pemasangan plang penunjuk arah agar lebih banyak lagi yang tahu kalau di Desa Ngawenombo ini ada Puri Kelorina,” sambungnya. Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar