Jumat, 29 Maret 2024

Psikiater KSH Pati: Kasus Pembunuhan oleh Penderita Gangguan Jiwa Jadi Pembelajaran

Cholis Anwar
Jumat, 27 Juli 2018 09:47:11
dr. Inna Soesanti Winoto memberikan keterangan kepada MuriaNewsCom. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)
Murianews, Pati - Kasus pembunuhan di Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu belum lama ini, yang diduga dilakukan oleh penderita ganguan kejiwaan, setidaknya bisa menjadi pelajaran penting. Pihak keluarga harus proaktif dalam memeriksakan si penderita gangguan kejiwaan. Hal tersebut seperti disampaikan oleh psikiater rumah sakit Keluarga Sehat Hospital (KSH) dr. Inna Soesanti Winoto. Dia mengatakan penderita kejiwaan dengan karakteristik yang agresif tentu penting untuk diperhatikan karena berpotensi melakukan tindak kekerasan. “Sebenarnya penderita gangguan kejiwaan dapat kembali ke stabil termasuk dalam beraktivitas, bekerja, hingga berkeluarga seperti orang lainnya. Namun tentu saja harus tetap dikontrol agar jangan sampai kambuh kembali,” terangnya. Dia menjelaskan, seharusnya penderita gangguan kejiwaan akan bisa diprediksi. Terutama jika sudah terlihat adanya perubahan pada pasien. Seperti sudah terlihat agresif, maupun marah-marah. Saat itulah sebaiknya bisa segera dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ) maupun RS lainnya yang menyediakan pelayanan perawatan penderita gangguan kejiwaan. “Kalau sudah terkontrol atau yang tenang cukup dilakukan rawat jalan dan tetap bisa tinggal dengan keluarganya. Tapi jika yang sudah mulai agresif dan berlaku kekerasan tentu sebaiknya dirawat di RSJ,” tambahnya. Dia menyebut penderita gangguan kejiwaan biasanya akan mengalami halusinasi maupun waham. Halusinasi bisa berupa seakan-akan mendengar suara yang mengejek, maupun menyuruh suatu hal. “Ada juga dengan gejala waham seperti seakan-akan ada yang mengendalikan, mengontrol, termasuk perasaan cemburu. Dia mengira cemburunya itu nyata. Padahal itu hanyalah gangguan persepsi yang salah,” tambahnya. Psikiater itupun mengimbau agar keluarga dan saudara penderita gangguan kejiwaan dapat aktif dalam mengobatkan pasien secara rutin. Karena seringkali pasien tidak mau berobat sendiri. Pasien seringkali merasa tidak dalam keadaan sakit. “Tak hanya yang agresif, penderita gangguan kejiwaan yang relatif pendiam juga perlu diberobatkan. Apalagi jika sudah tidak mau makan dan minum,” tandasnya. Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar