Pasalnya muncul semburan lumpur dan gas belerang di lokasi pengeboran. Semburan ini muncul sejak akhir pekan kemarin. Beruntung, semburan gas sudah berhenti setelah lokasi pengeboran ditimbun karung berisi tanah.
“Semburan lumpur sejak Minggu malam tadi sudah berhenti total. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aktivitas pembuatan sumur dihentikan dulu,” kata Sekretaris Kecamatan Gubug Kuspriyati, Senin (2/7/2018).
Dijelaskan, pembuatan sumur itu dilakukan di lahan milik Siswanto (38), warga RT 02, RW 02, mulai Sabtu (30/6/2018) pagi hingga malam.
Pada pengeboran tanah dengan kedalaman 38 meter, mendadak terdengar suara gemuruh dan akhirnya muncul semburan lumpur cukup tinggi hingga menyentuh atap rumah. Bersamaan dengan munculnya semburan juga tercium bau gas menyengat.
[caption id="attachment_144609" align="aligncenter" width="715"] Sumur bor disumbat dengan karung tanah untuk menghentikan semburan lumpur. (MuriaNewsCom/Dani Agus)[/caption]Hingga keesokan harinya, semburan lumpur masih keluar tetapi tidak mencuat tinggi seperti sebelumnya. Upaya mencegah semburan kemudian dilakukan dengan menyumbat lubang pengeboran menggunakan karung yang diisi tanah.
“Upaya ini akhirnya bisa menekan keluarnya semburan. Hingga akhirnya, tadi malam, semburan lumpur sudah berhenti total,” jelasnya.
Menurut Kuspriyati, keluarnya semburan lumpur berbau gas saat pengeboran sumur di Desa Kemiri itu sudah beberapa kali terjadi. Terutama, jika pengeboran dilakukan di kawasan timur tempat pemakaman desa setempat.
“Warga setempat sudah paham kalau di kawasan timur makam tanahnya mengandung gas. Tapi, orang yang bikin sumur kali ini adalah pendatang baru dan belum mengetahui masalah tersebut dan tidak memberitahu warga lainnya kalau mau bikin sumur,” imbuhnya.
Editor : Ali Muntoha