Jumat, 29 Maret 2024

KH Choiruzyad, Sosok Ayah yang Tegas dan Demokratis

Dian Utoro Aji
Jumat, 8 Juni 2018 15:25:20
Ulama kharismatik KH Choiruzzad. (Istimewa)
Murianews, Kudus -  Meninggalnya ulama kharismatik KH Choiruzyad TA (74), Jumat (8/6/2018) menyisakan duka mendalam. Terutama bagi keluarga dan anak-anaknya. MuriaNewsCom berkesempatan berbincang-bincang dengan kedua putranya, yakni putra pertamanya Chirzil Ala dan Afida Ilfa putra ragil dari KH Choiruzyad. Di tengah kesedihannya, keduanya sempat bercerita tentang sosok sang ayah. Menurut keduanya, sosok KH Choiruzyad dikenal sebagai orang yang tegas dan demokratis. Tak hanya itu, masyayikh TBS itu yang selalu mengajarkan kesederhanaan terhadap empat anaknya. Hal itu seperti yang dikatakan Chirzil Ala sang putra pertama. Ia mengatakan almarhum ketika masih hidup, selalu berpesan kepada anak-anaknya tidak untuk dikenal. "Dulu pas adik mondok di Gus Mus, adik dipesan jangan ngaku anak kiai. Adik diperbolehkan bilang (anak kiai) setelah selesai mondok. Saat itu abah sendiri yang ke pondok dan mengucapkan terima kasih," kata dia. Tak hanya itu, almarhum juga dikenal sebagai ayah yang demokratis kepada anak-anaknya. Meski memiliki darah seorang kiai dan selalu bercengkrama di lingkungan pondok pesantren, almarhum tidak pernah menuntut anak-anaknya harus menjadi kiai atau mondok. "Beliau justru memberikan kesempatan anak-anaknya untuk memilih sesuai kemampuannya. Misalnya tidak harus mondok, kuliah di mana saja juga boleh. Yang saya rasakan abah adalah sosok yang demokratis. Tidak pernah memaksakan kehendak," kenangnya. Hal senada juga diungkapkan Afida Ilfa, anak keempat almarhum. Hanya, sebelum almarhum meninggal dunia, tidak ada firasat satupun yang ia rasakan. Biasanya tiap almarhum kritis selang dua hari sudah sadar dan bisa kembali ke rumah. "Tidak ada firasat. Dari keluarga nggeh optimistis bisa kembali sehat. Biasanya, tiap kali abah kambuh, dua hari setelahnya sudah sadar. Namun kemarin sampai satu minggu tidak ada perkembang," kata Afida Ilfa. Hanya, sang paman yang ada di Jakarta sempat memiliki firasat. "Yang ada firasat itu dari om saya yang ada di Jakarta. Ia khawatir karena hari ini adalah weton abah. Beliau (om) khawatir antara sembuh atau tidak. Namun kami dari keluarga sudah mengikhlaskan," ungkapnya. Untuk itu, ia meminta untuk mendokan almarhum semoga diterima disisi Allah SWT. "Mugi-mugi di tanggal 23 Ramadan dan hari Jumat ini lailatul qodar, " tutupnya. Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar