Jumat, 29 Maret 2024

Belajar Waras dari Ketidakwarasan Penghuni RSJ dalam Pentas Tater Tigakoma

Dian Utoro Aji
Kamis, 26 April 2018 10:39:50
Murianews,  Kudus -  Teater Tigakoma FKIP Universitas Muria Kudus (UMK), Rabu (25/4/2018) malam, cukup sukses mementaskan naskah RSJ (Rumah Sakit Jiwa) karya seniman Nano Riantiarno. Dalam pementasan yang digelar di Auditorium UMK itu, penonton diajak hanyut dalam lakon yang berkutat tentang kehidupan penghuni RSJ. Kisah dalam lakon itu secara tidak langsung mengajak penonton untuk belajar waras dalam hal-hal ketidakwarasan yang berkembang di zaman penuh ambisi ini. Ini terlihat dari alur cerita yang menunjukkan bagaimana pertikaian dan upaya seorang dokter baru yang mencoba mendobrak praktik-praktik tak manusiawi dalam menangani penderita gangguan jiwa. Namun apa daya, niat baiknya itu mengusik ketentraman penguasa RSJ. Pimpinan Produksi, Helmi Aditia saat ditemui MuriaNewsCom menyebut, cerita yang dibangun dalam naskah RSJ ini, mengisahkan tentang seorang dokter baru bernama Rogusta di sebuah RSJ. Rumah sakit ini telah beroperasi selam 27 tahun, dengan menerapkan model-model terapi yang sangat tidak manusiawi. Dr Rogusta bergidik mengetahui sistem penanganan pasien ini. Dia berusaha mencegah perlakuan yang menimbulkan rasa takut dan justru membikin pasien tidak stabil juga kegilaan menjadi semakin lengkap. Namun, Profesor Dr Sidarita, sang Direktur RSJ, curiga dan merasa kekuasaannya sedang terancam oleh kritikan dr Rogusta. Tak hanya itu, dua asisten senior Sidarita, dr Murdiwan dan dr Tunggul, juga merasa disaingi oleh Rogusta. “Mereka pun mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir,” ujarnya. [caption id="attachment_141283" align="aligncenter" width="715"] Penggalan adegan pementasan naskah RSJ oleh Teater Tigakoma di Auditorium UMK, Rabu (25/4/2018) malam. (MuriaNewsCom/Dian Utoro Aji)[/caption] Cerita dalam naskah ini juga mengangkat tentang bagaimana kekuasan dijalankan, dan bagiamana fenomena sakit jiwa yang ternyata bisa dikondisikan. Helmi menyebut, ketertarikan untuk memilih lakon RSJ didasari dengan rasa penasaran mengenai fenomena penyakit jiwa yang semakin banyak diidap oleh banyak orang. Ia juga tertantang untuk menampilkan sebuah pertunjukan dengan latar dan alur cerita seputar rumah sakit jiwa yang dihadirkan ke atas panggung. Ia juga menyebut, meski naskah yang untuk pertama kali diketik pada tahun 1991 kemudian dipentaskan kali pertama oleh Teater Koma pada 1992 ini, ternyata masih relevan dan mampu mencerminkan potret perkembangan masyarakat pada saat ini. ”Yakni gambaran perihal ketidakwarasan manusia yang semakin menjadi-jadi,” terangnya. Penampilan yang begitu greget membuat penonton mampu mencerna alur cerita, serta belajar bagaimana tetap harus berusaha waras, di tengah sistem yang tidak waras. "Penampilan ini  terbilang menggemberikan,  karena para penonton sangat apresiatif dengan pertunjukan teater yang kami pentaskan" katanya. Usai pentas di rumah sendiri, Tater Tigakoma juga akan mementaskan produksi ke-13 ini di Gedung Student Center Universitas Sebelas Maret (UNS) Jumat (4/5/2018) mendatang. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar