Jumat, 29 Maret 2024

Kisah Kalinyamat dari Tapa Wudha Hingga Patriotisme di Tengah Dominasi Pria

Padhang Pranoto
Kamis, 5 April 2018 12:38:49
Suasana diskusi saat peluncuran buku Rainha de Jepara, Rabu (4/4/2018). (MuriaNewsCom/Padhang Pranoto)
Murianews, Jepara - Sosok Ratu Kalinyamat lekat dengan cerita tapa wudha sinjang rambut (bertapa tanpa busana, hanya berbalut rambut). Namun dibalik cerita berbau erotis itu, ada kisah heroik dan kepemimpinan seorang perempuan berhati baja memimpin Jepara. Hal itulah yang dikupas dalam buku bertajuk "Ratu Kalinyamat, Rainha de Japara", karya Hadi Priyanto. Buku setebal 129 halaman itu, diterbitkan pada Rabu (4/4/2018) malam di Pendapa Kabupaten Jepara. "Yang lekat diingatan warga, hanya tentang mitos tapa wudha (bertapa telanjang). Namun kisah dibalik hal itu serta perkara yang melatar belakangnya tak banyak diketahui oleh masyarakat. Nah untuk menjadikan Kalinyamat tak sekedar budaya tutur, maka diluncurkanlah buku ini," urainya Hadi Priyanto. Selain itu, pihaknya berharap agar buku yang diluncurkan dapat menjadi koleksi literasi di rak-rak buku perpustakaan, Desa maupun sekolahan. Lebih lanjut ia mengatakan, dari kisah yang termaktub dalam buku ini terdapat sisi nasionalisme, patriotisme, solidaritas, karakter, integritas, optimisme, keteladanan, kesetiaan, dan spiritualitas. Hadi berucap, untuk menyusun buku ini dibutuhkan waktu 6 tahun. Riset dan pengumpulan data, menurutnya dimulai semenjak tahun 2012. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip Alamsyah yang menjadi pemateri dalam peluncuran buku itu mengatakan, Kalinyamat menjadi penguasa dalam kurun 30 tahun, sejak 1549. Ia digambarkan sebagai wanita pemberani atau De Kranige Dame, sebagaimana ditulis Diego de Couto. Kalinyamat juga digamnarkan sebagai penguasa yang menggunakan sektor kemaritiman sebagai salah satu kekuatan. "Rainha de Jepara, senhora Paderosa e Rica ia adalah Ratu Jepara, kaya dan berkuasa," jelasnya‎. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar