Kamis, 28 Maret 2024

Kajian DLH, Semburan Gas di Bendoharjo Grobogan Mulai Berdampak pada Lingkungan

Dani Agus
Jumat, 23 Februari 2018 15:59:34
Limbah minyak bercampur partikel air yang keluar dari semburan dil okasi pengeboran sumur minyak tua di Dusun Bapo, Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus mulai berdampak pada lingkungan. (MuriaNewsCom/Dani Agus)
Murianews, Grobogan - Penutupan semburan di lokasi pengeboran minyak di kawasan sumur tua di Dusun Bapo, Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus, Grobogan, memang jadi prioritas utama. Meski demikian, masih ada upaya lain yang harus dilakukan pihak pengelola terkait munculnya semburan tersebut. Yakni, mengatasi limbah minyak bercampur material air yang keluar dari semburan tersebut. Hal itu perlu dilakukan karena limbah minyak sudah mulai berdampak pada lingkungan disekitarnya. Pernyataan itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Grobogan Nugroho Agus Prastowo saat pertemuan membahas semburan sumur minyak yang dilangsungkan di ruang rapat lantai I Setda Grobogan, Jumat (23/2/2018). Rapat yang dibuka Asisten II Ahmadi Widodo juga dihadiri Direktur Purwa Aksara Myra Heltyani dan Direktur PT Nureka Samsul Arifin. Hadir pula, perwakilan dari Dinas ESDM Jateng, Bappeda, bagian perekonomian, hingga muspika Kecamatan Gabus. Semburan gas bercampur minyak itu keluar dari titik pengeboran yang dilakukan di sumur nomor 22. Semburan gas mulai muncul hari Senin (5/2/2018) sekitar pukul 16.00 WIB. [caption id="attachment_138196" align="aligncenter" width="715"] Limbah minyak bercampur partikel air yang keluar dari semburan dil okasi pengeboran sumur minyak tua di Dusun Bapo, Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus mulai berdampak pada lingkungan. (MuriaNewsCom/Dani Agus)[/caption] Agus Prastowo menyatakan, sejak munculnya semburan, pihaknya sudah tiga kali melakukan monitoring ke lokasi untuk mengecek kondisi terkini dan mengumpulkan data-data pendukung. Dari pengecekan yang dilakukan, sudah ada beberapa tanaman atau pohon yang mulai mengering dalam radius 50 meter dari titik semburan. Dijelaskan, limbah minyak bercampur partikel air yang keluar dari semburan memang sudah diarahkan menuju balongan atau kolam penampungan. Namun, perlakuan terhadap balongan dirasa masih kurang maksimal sehingga limbah itu terdorong air hujan dan mengalir ke arah sungai. ”Kita sarankan agar tanggul disekitar balongan diperkuat agar tidak jebol ketika ada hujan deras. Idealnya, ada alat ukur debit dan pencatatan volume limbah yang masuk ke dalam balongan,” jelasnya. Upaya lainnya adalah membuat jalur khusus untuk aliran air hujan agar tidak masuk ke balongan. Hal itu diperlukan agar balongan tidak cepat penuh ketika ada hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Jika balongan penuh akibat tambahan air hujan maka limbah minyak yang posisinya ada dibagian atas bakal terdorong keluar dan mengalir di lahan sekitarnya. ”Jadi ada dua pekerjaan yang mesti dilakukan seiring adanya semburan. Yakni, penutupan semburan dan menangani limbah yang sudah keluar,” katanya. Sumur minyak tua peninggalan Belanda itu dieksploitasi PT Nureka Jakarta bekerja sama dengan BUMD Purwa Aksara Grobogan dengan sistim bagi hasil. Aktivitas eksploitasi perdana sumur minyak tua di kawasan hutan milik Perhutani KPH Randublatung itu resmi dimulai pada Senin (27/2/2017) lalu. Jumlah sumur yang dapat izin eksploitasi totalnya ada 27 titik. Namun, pada tahun ini eksploitasi difokuskan pada lima sumur dulu. Selanjutnya, pada tahun berikutnya esploitasi akan dilakukan bertahap pada semua sumur minyak tua. Editor: Supriyadi Baca Juga: 

Baca Juga

Komentar