Kamis, 28 Maret 2024

Tembok Keraton Solo Ambruk Pas Hari Lahir PB XII, Ada Pertanda Apa?

Murianews
Selasa, 16 Januari 2018 14:25:50
Reruntuhan tembok di kompleks Keraton Solo yang ambruk Senin malam. (Foto : detik.com)
Murianews, Solo - Tembok di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tiba-tiba ambruk. Tembok yang tepatnya berada di Dalem Prabuwinatan (samping Sasana Mulya) itu ambruk pada Senin (15/1/2018) malam. Belum diketahui penyebab ambruknya tembok ini, namun diperkirakan ambruknya tembok ini karena faktor usia. Pasalnya, sejak kali pertama dibangun, tembok itu belum pernah direnovasi. Tembok ini dibangun sekitar tahun 1920an, pada masa pemerintahan Paku Buwono X. Dilansir Detikcom, Selasa (16/12018) Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, menyebut tembok ini dibangun saat listrik baru masuk di Solo. Sejak saat itu, kata dia, tembok tersebut belum pernah direvitalisasi. Hal tersebut disebabkan karena tembok tersebut merupakan masuk sebagai benda cagar budaya, sehingga harus melalui proses-proses khusus. "Belum pernah direkonstruksi. Ini juga karena ada rencana pemerintah pusat untuk merevitalisasi seluruh kawasan keraton, namun secara bertahap," ujarnya. Bangunan yang berbatasan dengan ndalem Prabuwinatan tersebut dahulu merupakan gedung sentra pusat pelistrikan untuk seluruh keraton. Adapun yang terdampak tembok roboh adalah bangunan di sisi barat Sasono Putro, kediaman pribadi Paku Buwono XIII. "Setelah peristiwa itu, tembok gedung sentra sendiri masih berdiri, tapi sudah mau ambruk juga karena menempel dengan tembok yang sudah ambruk," katanya. Sementara itu, Adik Paku Buwono (PB) XIII, G.R.Ay. Koes Moertiyah (Mbak Moeng) mengaku sudah punya firasat jika tembok itu akan ambruk. Ia meyebut, saat melintas di kawasan itu pada Senin sore, sudah merasakan jika tembok setinggi 3 meter dengan panjang 10 meter itu bakal roboh. “Pukul 16.00 WIB saya sempat lewat depan sana, melihat kok tambah miring ya, jangan-jangan bakal ambruk. Malah ambruk tenan,” kata Mbak Moeng dikutip dari Solopos.com. Robohnya tembok ini pun memunculkan kisah tersendiri. Karena robohnya tembok berbarengan dengan kelahiran almarhum PB XII, yakni Selasa Legi. Sejumlah abdi dalem keraton melakukan ritual agar proses evakuasi dan pengecekan lokasi berjalan lancar. Jika tidak ada ritual, pihak keraton khawatir para pekerja bakal mengalami gangguan saat berada di lokasi. Untuk sementara waktu, jalan di depan tembok ambruk tersebut disterilkan dan ditutup untuk kendaraan bermotor. Ini dilakukan untuk memudahkan proses pembersihan kawasan serta identifikasi runtuhnya tembok. Rencananya, gedung sentra yang sudah tidak digunakan itu juga akan dirobohkan, namun menunggu koordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar