Jumat, 29 Maret 2024

Dukuh Gambiran Disebut Ibukota Pati Abad ke-16

Lismanto
Jumat, 28 April 2017 15:00:49
Pegiat sejarah Pati, Sugiono (berpeci) melakukan ziarah di Makam Jati Kusumo, Dukuh Gambiran, Sukoharjo, Pati. (MuriaNewsCom/Lismanto)
Murianews, Pati - Sebuah pernyataan mengejutkan muncul dari pegiat sejarah Pati, Sugiyono. Dia menemukan teori yang menyebutkan bahwa Dukuh Gambiran, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo pernah menjadi ibukota Kadipaten Pati abad ke-16. Sumber itu ia peroleh dari literasi sejarah Serat Walisongo dan catatan De Graaf. Dia bersama pegiat sejarah lain menggunakan metode metahistoris yang dijadikan petunjuk untuk menemukan bukti-bukti sejarah. "Sunan Pati atau Ali Nurul Yaqin, cucu Sunan Ngerang merupakan bupati ke-7, kemudian dilanjutkan putranya, Andum Jawi yang akrab disebut babad sebagai Ki Penjawi. Ini terjadi sekitar abad ke-16, di mana Gambiran sebagai ibukotanya," ungkap Sugiyono kepada MuriaNewsCom, Jumat (28/4/2017). Kala itu, Gambiran adalah sebuah bagian pulau atau semenanjung Muria. Pulau Muria dan Jawa adalah dua wilayah yang berbeda, karena dipisahkan selat atau laut Jawa, sebelum mengalami sedimentasi dan menyatu seperti sekarang ini. Baca juga : Makam Sunan Pati di Desa Metaraman jadi Sorotan Sejarawan "Kenapa Gambiran? Karena waktu itu Gambiran merupakan bibir pantai selat Patyam, di mana seluruh transportasi melalui jalur air. Ejaan Patyam disebut dalam sejumlah naskah, istilah sekarang dikenal dengan nama Pati Ayam," tuturnya. Menurutnya, Sunan Ngerang hanya ada satu, yaitu Mohammad Nurul Yaqin. Sebab, anak dan cucu-cucunya sudah tidak tinggal di Ngerang lagi, tetapi di Pati. Trah Ngerang inilah yang menjadi penguasa Pati, dari Abdullah Nurul Yaqin, Ali Nurul Yaqin, Ki Penjawi dan Wasis Kusumo. Wasis Kusumo yang bernama asli Raden Siddieq Nurul Yaqin merupakan tokoh legendaris, di mana orang Pati modern lebih akrab menyebutnya Wasis Joyokusumo. Sementara kakaknya, Waskita Jawi diperistri Panembahan Senopati, pendiri Mataram yang saat ini menjadi Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Editor : Kholistiono  

Baca Juga

Komentar