Jumat, 29 Maret 2024

Begini Kata Anak Mbah Pondeng, Nenek Tua yang Hidup di Gubuk Reot di Jepara

Padhang Pranoto
Minggu, 9 April 2017 13:07:22
Ngatemin, putra kedua Mbah Pondeng menyempatkan diri bertemu awak media untuk menepis anggapan miring terkait nasib sang ibu. (MuriaNewsCom/Padhang Pranoto)
Murianews, Jepara – Kedatangan MuriaNewsCom ke kediaman Mbah Pondeng ternyata mendapat perhatian Ngatemin, putra kedua Mbah Pondeng. Kepada MuriaNewsCom ia ingin menepis anggapan orang-orang yang terkesan menelantarkan sang ibu.  Dirinya bercerita, setiap hari ia selalu mengirimkan nasi beserta lauk pauk kepada ibunya itu. Disamping itu, dirinya mengaku selalu menyempatkan menengok orang tuanya.  Ketika ditanya alasan ibunya tinggal seorang diri, Ngatemin menjelaskan hal itu adalah keinginan Mbah Pondeng sendiri. Dirinya mengaku pernah membujuk untuk tinggal serumah, namun ditolaknya.  "Keadaan saya juga orang tak punya. Maka sebisa saya ya merawat seperti itu, mengirimkan makan seadanya," jelasnya.  https://www.murianews.com/2017/04/09/111773/takut-dibentak-anak-cucu-nenek-renta-warga-jepara-ini-pilih-hidup-sebatangkara-di-gubuk-reot.html Terkait gubuk dan tanah, Ngatemin membenarkan bahwa properti itu bukanlah kepunyaannya. Karena, keinginan sang ibu tinggal sendiri maka pemilik lahan mempersilakan Mbah Pondeng tinggal disitu.  Bahkan, Ngatemin melanjutkan gubuk reot yang ditinggali ibunya adalah bantuan dari orang-orang. "Asbesnya hasil bantuan dari orang-orang. wong dulu bangunan ini juga pernah roboh," katanya.  Dikonfirmasi terkait Mbah Pondeng yang pernah dihardik, Ngatemin memberikan jawaban mengambang. Ia hanya mengisahkan bagaimana ibunya itu sering melantur dalam bicara.  "Dia (Mbah Pondeng) bicaranya sering melantur. Mungkin bicaranya kita agak keras, justru untuk menghentikan bicaranya yang sering melantur," ungkapnya.  Dirinya pun mengakui sebenarnya mengkhawatirkan kondisi ibunya itu. "Tentu khawatir, namun mau apa, Ibu juga tidak mau diboyong kalau sehat, ia lebih memilih hidup sendiri," pungkasnya. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar