Jumat, 29 Maret 2024

Serba Setengah Hati di Pasar Pagi Purwodadi

Akrom Hazami
Jumat, 24 Februari 2017 13:03:21
Akrom Hazami [email protected]
[caption id="attachment_108743" align="alignleft" width="150"] Akrom Hazami
[email protected][/caption] PASAR Pagi Purwodadi Kabupaten Grobogan, merupakan salah satu pasar besar di kota itu. Yang terbaru, pasar telah direlokasi ke tempat yang lebih strategis, dan laik. Gedung baru Pasar Pagi Purwodadi dikerjakan PT Reka Esti Utama yang berasal dari Semarang. Total dana yang dialokasikan untuk pembangunan pasar di Jalan Gajah Mada Purwodadi ini senilai Rp 10,4 miliar. Adapun tujuan pembangunan Pasar Pagi tersebut, untuk memindahkan pedagang yang berjualan di lahan bekas Stasiun Kereta Api di Jalan A Yani Purwodadi. Pembuatan pasar dilakukan di atas lahan seluas 9.000 meter persegi. Pasar ini digunakan untuk lokasi pemindahan 900-an pedagang yang biasa mangkal di lahan milik PT KAI tersebut.  Pada 18 Desember 2016, pasar rampung dibangun. Ada 72 unit kios berukuran 3 x 4 meter. Kemudian, ada 464 unit los kering berukuran 2 x 1,5 meter. Sedangkan 68 unit lagi disiapkan  untuk los basahan dengan ukuran 2 x 1,5 meter. Dengan semangat baru, Bupati Sri Sumarni meresmikan pasar, 4 Februari 2017. Saat itu, semua menatap optimistis. Tempat baru dan asa baru yang membumbung. Minggu (5/2/2017), pedagang mulai memindahkan barang dagangan secara bertahap. Aksi boyongan pedagang diberi tenggat hingga 10 Februari. Setelah 10 Februari, pemkab melarang pedagang kembali ke tempat lama. Lokasi lama akan dijaga Satpol PP dan diberi pagar pembatas. Tujuannya hanya satu, pedagang agar tertib di tempat yang baru. Bukan kembali berjualan di tempat lama. Pedagang manut mulanya. Meski diam-diam, mereka khawatir akan turunnya omzet yang didapat selama ini. Mereka pun mulai belajar beradaptasi. Berdagang di tempat baru dan berharap pelanggan lama juga akan datang ke tempat baru. Satu, dua, hingga hari-hari berikutnya, pedagang mulai merasakan hal beda. Mereka sudah mendapatkan los sesuai pembagian. Karena dirasa sepi, pedagang pun beraksi. Mereka ramai-ramai berdagang di luar lokasi pasar. Mereka berpikir, dengan cara itulah dagangannya akan laku. Bupati dibuat tak percaya saat memantau pada Minggu (12/2/2017). Betapa kagetnya, mendapati pedagang tidak tertib sesuai lokasi. Sri langsung memerintahkan kasatpol PP supaya segera menertibkan sebagian pedagang Pasar Pagi Purwodadi, yang memilih berjualan di luar.  Sri juga meminta pedagang yang jualan di luar pasar, agar didata. Jika terbukti mereka sudah dapat jatah tempat di dalam, maka supaya dicoret saja. Tindakan tegas dilakukan. Sebab, jika dibiarkan maka semua pedagang akan memilih jualan di luar pasar. Sebab, sebagian besar pedagang itu sudah mendapatkan jatah tempat berjualan di dalam pasar  yang beberapa hari lalu diresmikan. Menurutnya, area luar pasar sudah ditentukan untuk parkir dan bongkar muatan. Meski Satpol PP sudah bertindak, toh nyatanya pedagang kembali jualan di luar pasar. Kamis (23/2/2017) terpantau ada pedagang jualan di pinggir jalan Banyuono. Sekitar 30 pedagang yang berjualan di tempat itu. Sebagian pedagang ada yang berjualan dengan lapak dan banyak juga yang lesehan dengan menggelar tikar plastik di tepi jalan. Berdasarkan keterangan pedagang, mereka sengaja nekat berjualan di situ lantaran kondisi di Pasar Pagi dianggap masih sepi pembeli. Padahal, mereka sudah  menempati lokasi baru sekitar 20 hari. Realita yang terjadi memang demikian, pedagang yang menggantungkan sumber pendapatan dari  berjualan, harus makan apa jika pasar terus menerus sepi. Rupanya tidak hanya pedagang yang setengah hati direlokasi.Pemkab juga serupa. Mereka kurang siap menyiapkan segalanya. Seperti halnya aliran listrik yang kerap padam. Belum lagi masalah pompa air yang rusak dan lambat ditangani. Termasuk juga penutup saluran depan pasar yang ambrol.  Semua menjadi hal yang harus dievaluasi. Saling menyalahkan atau saling menyudutkan, bukan merupakan solusi cerdas. Tapi ada hal yang perlu digarisbawahi, yakni mulai dari kedisiplinan pedagang, pemkab gencar mensosialisasikan pasar baru, pemkab menyiapkan infrastruktur matang-matang dan sejenisnya.  Jangan sampai anggaran miliaran rupiah, yang tentu uang dari rakyat, berujung pada mangkraknya bangunan megah. Lebih baik mencari solusi bersama, dan sama-sama enak. (*)  

Baca Juga

Komentar