Jumat, 29 Maret 2024

Bunuh Diri di Grobogan Marak Seperti di Korea Selatan

Dani Agus
Sabtu, 4 Februari 2017 14:00:23
ILUSTRASI
Murianews, Grobogan -  Kasus orang mati lantaran tindakan bunuh diri masih sering terjadi di Grobogan. Setiap tahun, peristiwa orang bunuh diri tidak pernah nihil. Dibandingkan daerah lain, kasus orang bunuh diri di Grobogan ini boleh dibilang termasuk cukup tinggi. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 memperlihatkan Korea Selatan menempati urutan pertama sebagai negara dengan kasus bunuh diri tertinggi.  Di dunia, 800.000 orang bunuh diri setiap tahun. Angka bunuh diri di Korsel yaitu 36,8 dari 100.000 penduduk. Di urutan kedua adalah Guyana dengan 34,8 dan Lituania 33,5.  MuriaNewsCom menghimpun data, dari Kesra Pemkab Grobogan, dan kepolisian, tindakan orang bunuh diri itu menyebar di berbagai kecamatan. Adapun jumlah pelaku bunuh diri itu berkisar 20 sampai 30 kasus per tahun. Dalam satu minggu terakhir di awal Februari ini, ada dua kasus bunuh diri. Dua kasus terjadi di Kecamatan Grobogan dan satunya di Kecamatan Tanggungharjo. Ada beberapa cara yang dilakukan pelaku bunuh diri tersebut. Ada yang memilih gantung diri, minum racun dan terjun ke sungai. Mengenai motifnya juga beragam. Kebanyakan adalah soal ekonomi. Disusul penyebab lainnya masalah penyakit yang tidak kunjung sembuh, depresi dan soal-soal sepele. Seperti tidak dibelikan HP atau sepeda motor, hingga dilarang menikah dengan pujaan hati. Ironisnya, pelaku bunuh diri ini tidak hanya melibatkan orang tua. Tetapi juga dilakukan remaja dan orang dewasa. Di antara pelaku ini ada pula yang mengenyam pendidikan tinggi dan punya banyak pengalaman organisasi. “Kasus bunuh diri yang terjadi di Grobogan memang cukup banyak dan kondisi ini memang sangat memprihatinkan. Kami sedang mencari berbagai upaya untuk bisa menekan angka bunuh diri ini,” kata Kabag Kesra Pemkab Grobogan Moh Arifin. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah menggandeng berbagai elemen masyarakat untuk memberikan penyuluhan. Rencananya, organisasi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) akan diajak untuk membahas masalah ini. Selain itu, pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga akan digandeng. Sejauh ini, pihaknya sudah menaruh perhatian terhadap masalah bunuh diri tersebut. Namun, untuk menekan kasus tersebut dinilai bukan pekerjaan mudah. Sebab, latar belakang kasus bunuh diri itu cukup kompleks. Sehingga perlu melibatkan berbagai komponen untuk bersama-sama menangani masalah bunuh diri itu. “Selain dari pemkab, banyak elemen masyarakat termasuk LSM yang menaruh perhatian pada masalah ini. Sejauh ini, hasilnya memang sudah cukup baik meski belum bisa menghilangkan kasus bunuh diri secara keseluruhan,” imbuh mantan Camat Purwodadi itu. Masih adanya warga yang nekat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri juga mendapat perhatian dari Kepala Kantor Kemenag Grobogan Moh Arifin. “Adanya warga yang melakukan bunuh diri ini sangat memprihatinkan. Ini, menjadi persoalan yang butuh perhatian serius dari banyak pihak,” tegasnya. Sejauh ini, latar belakang paling tinggi yang jadi penyebab orang bunuh diri adalah soal ekonomi. Namun, sebenarnya ada faktor lain yang mendorong orang nekat melakukan tindakan tersebut. Yakni, minimnya pemahaman masalah keagamaan. Menurut Arifin, sejauh ini pihaknya sudah melakukan upaya untuk menekan angka bunuh diri. Salah satunya dengan menyiarkan ke masyarakat umum tentang ruginya melakukan bunuh diri. Seruan itu disampaikan melalui beragam kegiatan yang dilakukan kemenag ke berbagai elemen masyarakat. “Satu-satunya jalan untuk menekan angka bunuh diri adalah pembinaan akidah bagi masyarakat. Jalur yang dilakukan bisa melalui pendidikan agama di sekolah atau madrasah dan pengajian yang bersifat umum. Ini sangat perlu dilakukan agar seseorang tidak membuang umurnya dengan sia-sia melalui tindakan bunuh diri,” katanya. Editor : Akrom Hazami  

Baca Juga

Komentar