Kamis, 28 Maret 2024

Debit Air Bendung Wilalung Kudus Meningkat, Warga Diinstruksikan Siaga

Faisol Hadi
Senin, 14 November 2016 14:00:35
Petugas memantau kondisi Bendungan Wilalung, Undan, Kudus, Senin. (MuriaNewsCom/Faisol Hadi)
Murianews, Kudus - Hujan deras yang masih mengguyur Kudus dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir, membuat debit air di Bendungan Wilalung di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, meninggi. Petugas meminta warga mewaspadai bertambahnya debit air bendungan. Petugas jaga Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) Noor Ali, mengatakan, status siaga sekarang adalah status paling gawat atau siaga III. Hal itu lantaran kondisi air di waduk sudah mampir memenuhi batas maksimal tampungan air.  "Untuk siaga satu, kadar tamping 400 hingga 500 kubik, siaga II 500 hingga 550 dan untuk siaga tiga atau yang paling waspada adalah di atas 550," katanya kepada MuriaNewsCom, Senin (14/11/2016). Menurutnya, kadar tampung Bandung Wilalung kini hanya mencapai 800 meter kubik. Padahal, sebelumya masih menampung hingga 1.100 meter kubik.Kondisi tersebut lantaran beberapa hal, seperti pendangkalan. "Kalau sekarang posisi sudah 700 meter kubik per detik. Jumlah itu diprediksi bakal meningkat lantaran ada kiriman air dari Klambu Grobogan. Jadi, perkiraan siang ini debit air akan meningkat," ujarnya. Kiriman air tersebut akan sampai di Wilalung sekitar pukul 13.00 WIB. Kiriman air tersebut nantinya akan membuat aliran mencapai 780 meter kubik. Jumlah tersebut sangat menghawatirkan. Karena mendekati kapasitas maksimal tampungan. Jumlah tersebut merupakan jumlah kapasitas tertinggi bendungan. Karena, sebelumnya kapasitas air tidak mencapai angka tersebut. Hal itu juga yang membuat status siaga III diberlakukan. Dengan status siaga yang demikian, maka pemantauan dilakukan dan dilaporkan tiap jam. Hal itu guna memantau kondisi air guna mengantisipasi bendungan yang meluber. Dia mengatakan, ancaman air juga masih berpeluang terjadi jika melihat kondisi cuaca saat ini. Jika hujan deras kembali terjadi, maka besar kemungkinan batas maksimal akan terisi. Sehingga pintu air harus dibuka untuk mengalirkan air. Hanya, untuk mengalirkan air dengan membuka pintu air harus menunggu perintah dari Balai Besar. Kordinasi juga harus dilakukan dengan berbagai daerah sekitar, seperti halnya Pati, yang menjadi sasaran pembuangan air. "Semuanya harus sesuai dengan aturan. Jadi kordinasi harus tetap dilakukan untuk antisipasi pencegahan yang dilakukan," ungkapnya. Saat ini, pintu air yang dapat dibuka atau ditutup yakni nomor enam, tujuh dan delapan. Untuk pintu nomor enam dan tujuh  bisa dibuka dengan elektronik. Sedangkan pintu nomor delapan dengan manual atau tenaga manusia, padahal berat pintu mencapai 30 ton.  Pintu air lainnya yang mengarah ke sungai Juwana, yakni 1 - 5 dan 9 sudah ditutup secara permanen. Dua pintu air lainnya, yaitu nomor 10 dan 11 mengarah ke sungai Wulan sudah dipotong pada bagian bawahnya. Tujuannya untuk mengurangi potensi tumpukan sampah di depan pintu air. Kondisi tersebut diperkirakan akan merusak atau paling tidak, mempengaruhi kekuatan bangunan bendung. Camat Undaan Catur Widiyatno menambahkan, komunikasi dengan pihak terkait dilakukan. Dia berharap tidak ada yang egois terkait limpasan air mengingat dampaknya tidak hanya satu wilayah, namun juga wilayah lain. "Semuanya ada prosedur yang harus dilalui. Jadi tinggal mentaati prosedur yang diberlakukan saja," jelasnya saat mengunjungi lokasi. Kunjungan yang dilakukan juga dengan petugas bendungan, beserta Kades di Undaan. Selain itu juga petugas dari TNI yang juga sering memantau perkembangan waduk. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar