Jumat, 29 Maret 2024

Duh, Warga Blora Emoh Naik Angkot

Akrom Hazami
Kamis, 10 November 2016 19:09:29
Sebuah kendaraan angkot melintas di salah satu sudut Kabupaten Blora. (MuriaNewsCom)
Murianews, Blora - Angkutan kota (angkot) di Kabupaten Blora kini kian dijauhi warganya. Hal itu terjadi dari beberapa tahun terakhir. Kondisi demikian tercatat dari survei yang dilakukan Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Kepala Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno kepada MuriaNewsCom, Kamis (10/11/2016) mengatakan, ada beberapa indikasi yang menyatakan angkot di Kabupaten Blora kian dijauhi penumpang. Dari 27 trayek angkutan pedesaan terdiri atas 25 bus sedang dan 176 mobil penumpang umum kapasitas 12 penumpang, yang beroperasi hanya tinggal sepuluh trayek. "Rata-rata armada yang beroperasi kurang dari 30%," kata Djoko. Djoko yang juga anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menambahkan, trayek Blora-Ngawen sembilan armada, tinggal tiga yang masih beroperasi (30%), trayek Blora-Ngampel 12 armada, hanya ada tiga yang operasi (25%), dan trayek Blora-Jepon 15 armada, hanya tinggal tiga yang beroperasi (20%), serta trayek Blora-Banjarejo dari 12 armada, sekarang tidak satupun yang beroperasi. [caption id="attachment_100421" align="alignleft" width="565"]Data survei Data survei[/caption] Survei juga mencatat layanan angkutan pedesaan di sekitar kawasan perkotaan Blora beroperasi antara pukul 05.00 WIB-14.00 WIB. Dulu padahal bisa sampai pukul 18.00 WIB. Jam operasi angkutan itu adalah pagi melayani pelajar dan warga ke pasar. Sedangkan siang layani balik dari pasar dan pelajar pulang sekolah. Dengan layanan dua sampai empat kali PP. Sedangkan rata-rata tiga kali dengan layanan tertinggi adalah trayek Jepon-Blora. "Besaran tarif Rp 3.000 umum dan Rp 1.000- Rp 2.000 pelajar," ujarnya. Djoko memperkirakan, kian langkanya angkot disebabkan maraknya kendaraan pribadi. Di antaranya adalah mudahnya warga membeli sepeda motor. Maka tidak heran jika pemilik angkot pun kewalahan dengan kondisi tersebut. Mau tidak mau, angkot pun sepi penumpang dan berujung lesu. Masih di Blora, kata dia, dengan maraknya sepeda motor membuat angka kecelakaan roda dua meningkat. Persentasenya mencapai 72 persen. Sebagian besar korbannya adalah kalangan usia produktif. Mulai dari pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda. Data Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora, juga menyatakan saat ini kondisi angkutan umum memang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlahnya lambat laun mengalami penurunan. Para pengurus Organisasi Angkatan Darat (Organda) setempat banyak mengeluhkan perihal sepinya para penumpang. Sehingga, bisnisnya tidak berjalan dengan lancar. Hanya pelajar yang sampai sat ini menjadi pelanggan angkutan umum. [caption id="attachment_100423" align="alignleft" width="565"]Data survei Data survei[/caption] Kondisi saat ini berbalik dengan kondisi saat di mana angkutan umum menjadi primadona di masyarakat. Saat zaman itu, organda masih berjaya. Berbeda dengan saat ini organda tak lagi merasakan manisnya bisnis angkutan. Melihat kondisi memprihatinkan angkutan umum, DPPKKI melalui bidang perhubungan akan melakukan pengetatan kendaraan plat hitam yang dijalankan seperti kendaraan umum. Sebab, adanya plat hitam yang beroperasi seperti halnya angkutan umum menambah kesengsaraan angkutan umum. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar